REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Calon Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menekankan pentingnya keterlibatan kembali AS di lembaga beranggotakan 193 negara itu. Hal itu penting demi menahan pengaruh Cina 'mendorong agenda otoriter'.
Thomas-Greenfield akan tampil di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS untuk menjalani sidang konfirmasi. Diplomat karir yang berpengalaman selama 35 tahun itu sudah pernah bertugas di empat benua.
"Kami tahu China bekerja di seluruh sistem PBB untuk mendorong agenda otoriter yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar institusi, nilai-nilai Amerika," kata Thomas-Greenfield, seperti dikutip dari pidato yang akan ia sampaikan ke Senat, Rabu (27/1).
"Keberhasilan mereka tergantung kelanjutan mundurnya Amerika, hal itu tidak akan terjadi di bawah pengawasan saya," tambahnya.
Beijing terus mendorong pengaruh mereka di lembaga-lembaga multilateral untuk menekan kepemimpinan AS. Ketegangan antar dua kekuatan besar itu memuncak di PBB terutama dalam isu pandemi virus Corona.
Mantan Presiden Donald Trump sangat kritis pada PBB dan skeptis pada nilai-nilai multilateralisme. Ia mengeluarkan AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan menuduh lembaga itu didikte Cina.
Ia juga menarik AS dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Badan Pelestarian Budaya PBB (UNESCO), perjanjian perubahan iklim dan kesepakatan nuklir Iran. Di hari pertamanya menjabat Biden membawa kembali AS bergabung dengan WHO dan Perjanjian Perubahan Iklim Paris.
"Saat Amerika muncul, saat kami konsisten dan gigih, saat kami menggunakan pengaruh yang sesuai dengan nilai-nilai kami, PBB dapat menjadi lembaga yang sangat diperlukan untuk memajukan perdamaian, keamanan dan kesejahteraan bersama," kata Thomas-Greenfield dalam pernyataannya yang akan ia sampaikan ke Senat.
"Bila kita pergi dari pembahasan, dan membiarkan yang lain mengisi kekosongan, masyarakat dunia akan menderita dan begitu pula dengan kepentingan Amerika," tambahnya.