REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Dewan Pariwisata Thailand (TCT) memperkirakan dua juta pekerja di bidang pariwisata kehilangan pekerjaan karena gelombang baru Covid-19. Dikhawatirkan dampak ini akan terus meluas di Negara Gajah Putih yang mengandalkan pariwisatanya.
Dewan dan Universitas Teknologi Rajamangala Sriwijaya menemukan dari survei mereka bahwa indeks kepercayaan di antara operator pariwisata turun ke level 53 yang luar biasa rendah karena gelombang baru Covid-19. Perusahaan pemandu wisata merupakan bagian terbesar dari penutupan bisnis dengan 23 persen, diikuti oleh bisnis hiburan (22 persen), spa dan panti pijat tradisional Thailand (21 persen), dan hotel (20 persen).
Presiden TCT Chamnan Srisawat mengatakan Covid-19 menyebabkan penangguhan dan pengurangan gaji bagi lebih dari empat juta pekerja di sektor pariwisata. Gelombang baru penyakit tersebut dapat merugikan pekerjaan lebih dari dua juta pekerja di sektor tersebut karena sebagian besar operator tur tidak mampu mempertahankan pekerjaan.
"Banyak operator terkait pariwisata mungkin menutup bisnis mereka sebelum vaksin Covid-19 tersedia dan sektor pariwisata Thailand dapat kehilangan kesempatan untuk pulih," kata Srisawat dilansir kantor berita Bernama pada Kamis (28/1).
TCT memandang bank tenaga kerja terkait pariwisata harus segera didirikan. Tujuannya agar para pekerja yang diskors atau diberhentikan dapat melamar pekerjaan dan pemberi kerja dapat memilih pekerja yang sesuai dengan lowongan pekerjaan mereka.