REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melibatkan personel TNI-Polri untuk melakukan pelacakan kontak erat Covid-19. Sebanyak 80.400 tenaga yang bersumber Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) dan Bintara Pembina Desa (Babinsa) didukung unsur lainnya dikerahkan untuk membantu tracing penyebaran Covid-19 di masyarakat.
"Kami menambah 80.400 tenaga pelacak (tracker) yang disebar di seluruh kecamatan. Dan juga menggandeng Babinsa, Babinkamtibmas untuk bersama membantu melakukan tracing dan nanti juga bantu memonitoring isolasi," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Jumat (5/2).
Selain itu, pemerintah juga melibatkan tokoh masyarakat dan juga pemuka agama untuk mendorong pelacakan kasus kontak erat pasien Covid-19 agar lebih efektif. Nadia menyebut, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menginstruksikan untuk memperkuat pelacakan kontak erat pasien dan juga tes Covid-19.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 tersebut mengatakan, pelacakan kontak erat yang saat ini baru dilakukan lima hingga delapan orang dari pasien positif Covid-19. Nantinya, angka itu ditingkatkan menjadi 15 hingga 20 orang yang dilacak dan dites dalam satu orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Nadia menuturkan, pemerintah bakal memperkuat puskesmas untuk menggelar hal tes Covid-19 dengan mendistribusikan alat rapid test antigen. "Kalau dulu harus ambil usapan (swab), lalu kirim ke laboratorium untuk PCR, sekarang bisa langsung dengan pemeriksaan antigen (di puskesmas)," ujar Nadia.
Menkes Budi Gunadi mengatakan, penemuan kasus Covid-19 di masyarakat maupun di lapangan harus dilakukan lebih dini untuk menekan angka penularan dan juga menekan tingkat keparahan pasien