Senin 08 Feb 2021 15:13 WIB

Saran Epidemiolog Agar Baduy Tetap Nihil Kasus Covid-19

Baduy dan Kasepuhan Ciptagelar belum mencatat kasus covid-19 yang terdeteksi.

Wanita Suku Baduy Luar berjalan di ladang padi miliknya di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Sabtu (6/2/2021). Padi huma atau padi gogo merupakan salah satu varietas padi yang ditanam di areal lahan kering dan menjadi sumber ketahanan pangan sekaligus pendapatan ekonomi bagi warga Suku Baduy.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Wanita Suku Baduy Luar berjalan di ladang padi miliknya di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Sabtu (6/2/2021). Padi huma atau padi gogo merupakan salah satu varietas padi yang ditanam di areal lahan kering dan menjadi sumber ketahanan pangan sekaligus pendapatan ekonomi bagi warga Suku Baduy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah, dua kelompok masyarakat adat belum mencatat satu kasus pun di sepanjang masa pandemi.

Indonesia mencapai satu juta kasus Covid-19 pada akhir bulan lalu, hampir dua minggu setelah vaksin yang dikembangkan oleh CoronaVac China diluncurkan.

Namun, di antara jumlah kasus yang tinggi, setidaknya dua suku di Pulau Jawa, masyarakat Baduy dan Kasepuhan Ciptagelar, belum mencatat kasus positif yang terdeteksi.

"Kami mengapresiasi warga Baduy dapat mengendalikan Covid-19 itu," kata Petugas Medis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cisimeut Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Iton Rustandi di Lebak.

Suku Baduy yang saat ini berpenduduk sekitar 12 ribu jiwa tinggal di gugusan 65 desa seluas 50 kilometer persegi di Pegunungan Kendeng di Provinsi Banten, 160 kilometer dari ibu kota Jakarta. Mereka menyebut diri mereka sebagai "Kanekes". Mereka adalah subetnis Sunda yang merupakan kelompok etnis terbesar kedua di Indonesia.

Orang Kanekes sejak abad ke-16 menolak pengaruh luar sebagai usaha mempertahankan pandangan dan nilai-nilai masyarakat tradisional Sunda. Ada dua kelompok utama suku Baduy, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Suku Baduy Dalam secara ketat mempraktikkan cara hidup tradisional mereka dan dianggap sebagai pelindung keseimbangan dengan alam.

Baduy Dalam tidak menggunakan sabun saat mandi. Mereka tidak menggunakan detergen untuk mencuci pakaian karena tidak ingin mencemari air yang bagi mereka merupakan sumber kehidupan.

Mereka mengenakan pakaian dan penutup kepala berwarna putih sebagai tanda kesucian. Secara historis, mereka memiliki kontak yang sangat terbatas dengan orang luar.

Baduy Luar bisa dikenali dari pakaian hitamnya. Mereka tinggal di sekitar 40 desa di sekitar Baduy Dalam, sebagai penyangga sekaligus melindungi kesucian Baduy Dalam dari pengaruh dunia luar.

Meski masih tinggal di wilayah adat, Baduy Luar tidak seketat Baduy Dalam. Mereka masih berinteraksi dengan dunia yang lebih luas dengan cara yang dirancang untuk membantu menopang Baduy Dalam.

Mereka menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menebangi pohon secara serampangan.

Masyarakat Baduy juga membatasi interaksi dengan pihak luar dan meminta siapa saja yang masuk ke desa Baduy untuk menghormati tradisi masyarakatnya.

sumber : ABC
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement