REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pengunjuk rasa pro-demokrasi dari Thailand hingga Myanmar mengadopsi salam tiga jari dalam perlawanan melawan kediktatoran militer. Salam yang diambil dari film Hunger Games itu menjadi simbol perlawanan dan solidaritas terhadap gerakan demokrasi di Asia Tenggara.
Petugas medis yang pertama kali menggunakan salam itu untuk menyatakan perlawanan mereka terhadap kudeta militer Myanmar. Lalu disusul pengunjuk rasa mahasiswa. Satu pekan usai kudeta salam tiga jari dapat ditemukan di gelombang unjuk rasa besar di Yangon.
Di Hunger Games salam itu menunjukkan solidaritas pada pemberontak yang memperjuangkan kebebasan mereka dari tirani. Salam ini pertama kali terlihat di Thailand, beberapa hari usai militer melakukan kudeta tahun 2014. Tidak lama kemudian pemerintah militer Thailand melarang salam tersebut.
Usai militer mengambil alih kekuasaan secara paksa, sejumlah pemuda-pemudi menggelar unjuk rasa di depan pusat perbelanjaan untuk menunjukkan kekecewaan mereka. Tiba-tiba seorang pengunjuk rasa mengangkat tangannya dan melakukan salam tiga jari.
"Saat orang itu memulai, diikuti yang lain, jadi otomatis menjadi simbol anti-kudeta," kata aktivis demokrasi Thailand Sirawith Seritiwat yang hadir dalam unjuk rasa tersebut, pada the Guardian, Senin (8/2).
Baca juga : In Picture: Semangat Rakyat Myanmar Melawan Kudeta Kian Meluas
Sejak 2014 gestur tangan salam tiga jari kerap terlihat di lokasi-lokasi unjuk rasa di Thailand. "Kami tahu hal itu akan dengan mudah dipahami mewakili simbol kebebasan, kesetaraan, solidaritasnya," kata Sirawith.
Ia menambahkan pesan anti-otoritarian yang disampaikan film-film Hunger Games sesuai dengan unjuk rasa pemuda-pemudi Thailand saat itu. "Sebagian karena situasi anti-kudeta saat itu terasa mirip dengan adegan di film Hunger Games, di mana orang-orang mengacungkan tiga jari ke arah Presiden Snow," katanya.