Selasa 09 Feb 2021 19:02 WIB

Wiku: Kasus Positif Mingguan Turun 10,8 Persen

Lima provinsi harus evaluasi penanganan Covid-19 daerahnya karena kasus masih tinggi.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agus Yulianto
 Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito
Foto: Satgas Covid-19
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, pada minggu ini, terjadi penurunan kasus positif di tingkat nasional sebesar 10,8 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Kondisi ini, kata dia, menunjukan adanya penurunan penularan kasus di masyarakat.

“Angka ini merupakan capaian positif,” kata Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (9/2).

Namun, Satgas mencatat terdapat lima provinsi yang harus mengevaluasi upaya penanganan Covid-19 di daerahnya karena masih mencatatkan kenaikan kasus tertinggi. Yakni di DKI Jakarta, NTT, Kalimantan Utara, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur.

Wiku mengatakan, data tersebut menunjukan perkembangan yang baik. Sebab, di Pulau Jawa hanya Provinsi DKI Jakarta saja yang masuk dalam lima besar penambahan kasus positif mingguan tertinggi. Sedangkan selama empat minggu sebelumnya, Satgas selalu mencatatkan penambahan kasus positif yang didominasi oleh provinsi di Pulau Jawa dan Bali.

Namun demikian, Wiku mengingatkan agar pemerintah dan masyarakat tak lengah dengan kabar baik ini. Dia pun meminta, kepada seluruh provinsi untuk mengevaluasi pelaksanaan protokol kesehatan dan penegakan disiplin di daerahnya.

“Dengan demikian, angka penularan yang terjadi di masyarakat dapat ditekan dan penurunan kasus positif ke depannya menjadi lebih banyak hingga tidak ada kasus sama sekali,” ujarnya.

Wiku menjelaskan, laju penularan sangat ditentukan oleh upaya langsung yaitu protokol kesehatan 3M dan juga upaya tidak langsung yakni 3T (testing, tracing, treatment). Upaya 3M, kata dia, memiliki dampak lebih cepat dalam memperlambat laju penularan. Sedangkan upaya 3T membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperlambat laju penularan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement