REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Makna jihad dapat diartikan luas dalam pandangan Islam. Jihad yang secara harfiah bermakna bersungguh-sungguh ini dalam perkembangannya banyak ditemui dalam ragam aktivitas sehari-hari.
Namun, apa jihad terberat dalam hidup ini sesungguhnya? Pakar Ilmu Tasawuf Haidar Bagir dalam buku Mereguk Cinta Rumi menjelaskan, jika seseorang ingin menjadi pemenang yang agung maka ia harus berjihad. Jihad yang berat yakni membersihkan hati dari nafsu. Ketika manusia mampu menundukkan nafsu maksiatnya, maka sesungguhnya ia telah berjihad di jalan Allah.
Memetik sari puisi dari Maulana Jalaluddin Rumi, dikisahkan perumpamaan mengenai jihad bagi manusia. Rumi berpuisi:
"Singa yang memporak-porandakan barisan musuh hanyalah pahlawan kecil. Jika dibanding dia (singa itu) yang taklukkan dirinya sendiri. Jika engkau ingin bersinar seperti siang. Bakarlah malam kedirianmu. Larutlah dalam Wujud yang Serba-segala. Belajarlah dari Ali cara berperang. Tanpa egomu ikut serta. Singa Tuhan takkan berbuat sesuatu. Kecuali dari pusat bathiniyah."
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah ditanya seorang sahabat yang baru saja kembali dari perang:
رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر قالوا: وما الجهاد الأكبر؟ قال: مجاهدة العبد هواه “Wa maa jihaadul-akbar ya Rasulallah? Faqaala, "Mujahadatul 'abdi hawahu." Yang artinya: “Pertempuran apa yang lebih besar (dari ini), ya Rasulullah? (Rasulullah) pun berkata: jihad seorang hamba memerangi hawa nafsunya.”