REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) mencatat pasien Covid-19 yang dirawat di fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut memang mengalami penurunan. Namun, berkurangnya pasien hanya terjadi di rumah sakit (RS) bukan rujukan Covid-19.
Sekretaris Jenderal Persi, Lia G Partakusuma, mengatakan, awalnya jumlah rumah sakit rujukan Covid-19 ada sekitar 940. Tempat tidur yang tersedia jumlahnya sekitar 44.861.
Kemudian, rumah sakit lain juga membuka perawatan untuk Covid-19. Pembukaan menyusul instruksi dari Kementerian Kesehatan untuk menambah tempat tidur.
Dengan tambahan RS ini, kini jumlah RS yang lenangani Covid-19 mencapai 2 ribuan dan tempat tidur yang tersedia berkisar sampai 66.712. "Dengan ditambahnya RS dan tempat tidur ini memang mengakibatkan ada sedikit penurunan pasien dan yang menyebabkan penurunan pasien di RS. Tetapi itu hanya terjadi di rumah sakit bukan rujukan Covid-19," katanya di konferensi virtual BNPB bertema Update RS Darurat Wisma Atlet: Dampak PPKM terhadap Tingkat Hunian Rumah Sakit, Selasa (16/2).
Artinya, pasien memang longgar di rumah sakit selain rujukan Covid-19 yang memiliki ruang isolasi. Sementara itu, dia melanjutkan, rumah sakit rujukan yang memiliki ICU Covid-19 saat ini masih penuh, terutama di Jawa.
Bahkan, ia menyebutkan keterisian tempat tidur di ruang ICU di beberapa tempat seperti di Bekasi dan Jakarta masih di atas 60 persen. "Jadi, ICU rumah sakit rujukan Covid-19 yang menangani kasus berat di Jawa masih padat di beberapa kota," ujarnya.
Terkait penurunan pasien di RS non-rujukan Covid-19 akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro, Lia mengaku pengaruhnya belum bisa dipastikan. Sebab, dampaknya terasa setelah sepekan atau dua pekan pascakebijakan ini.
"Ini perlu dilihat lebih lanjut apakah itu memang dampak langsung strategi terbaru atau bukan," katanya.