REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan merilis laporan intelijen AS terkait kematian jurnalis Jamal Khashoggi pada Kamis (25/2). Laporan yang tidak diklasifikasikan itu menemukan fakta bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) menyetujui pembunuhan terhadap Khashoggi.
Rilis itu akan menjadi langkah terbaru Presiden Biden untuk kembali menyelaraskan hubungan dengan Riyadh. Di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, AS telah meloloskan catatan hak asasi manusia, termasuk mengintervensi dalam perang saudara di Yaman. Biden akan mengubah hubungan tersebut kembali ke jalur tradisional.
Khashoggi adalah seorang jurnalis Saudi dan kolumnis Washington Post. Dia sedang berada di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 ketika dibunuh oleh tim operasi yang terkait dengan MBS. Mereka kemudian memutilasi tubuh Khashoggi dan hingga kini jenazahnya tidak pernah ditemukan.
Riyadh akhirnya mengakui bahwa Khashoggi tewas dalam operasi ekstradisi yang tidak beres. Namun, mereka membantah MBS terlibat dalam pembunuhan itu. Lima pria yang dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan diringankan menjadi 20 tahun penjara, setelah diampuni oleh keluarga Khashoggi.
Empat pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, laporan intelijen AS yang tidak diklasifikasikan menilai bahwa, MBS menyetujui dan kemungkinan memerintahkan pembunuhan Khashoggi. Jurnalis berusia 59 tahun itu kerap mengkritik kebijakan MBS melalui tulisan di kolom Washington Post.