REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Sinema pahlawan super DC, Justice League, telah tayang 2017 silam. Tahun ini, sutradara Zack Snyder menghadirkan tayangan versinya, Zack Snyder's Justice League yang berdurasi empat jam.
Dalam dunia perfilman, sudah lazim jika sutradara menghadirkan sinema arahannya dengan hasil akhir penyuntingan lebih sesuai dengan keinginan. Sinema tersebut biasa diistilahkan dengan sebutan director's cut.
Hal yang mengejutkan, Snyder rupanya memilih untuk tidak dibayar dalam penggarapan Snyder Cut. Dia punya alasan tersendiri mengapa tidak mengutamakan itu untuk karyanya yang rilis di HBO Max bulan depan.
"Saya tidak dibayar. Saya tidak ingin terikat pada siapa pun, dan itu memungkinkan saya untuk menjaga agar kekuatan negosiasi saya dengan orang-orang ini cukup kuat," ungkapnya, dikutip dari laman NME, Kamis (25/2).
Snyder awalnya didapuk mengarahkan Justice League pada 2017, tetapi meninggalkan proyek karena perbedaan kreatif. Setelah dia hengkang, DC Films melibatkan Joss Whedon untuk merampungkan film dan mengeditnya.
Sang sineas memperkirakan biaya penggarapan kembali visinya itu sebesar 70 juta dolar AS (sekitar Rp 987 miliar). Akan tetapi, dia tidak menyesali itu dan hanya ingin menunjukkan seperti apa Justice League versinya.
Bulan lalu, Zack Snyder mengonfirmasi bahwa dia tidak punya rencana untuk mengarahkan film pahlawan super lain. Menurutnya itu tidak aneh, karena dia sendiri sebetulnya tidak benar-benar menyelesaikan Justice League pada 2017.
"Semesta DC telah tumbuh dan bercabang, melakukan tugasnya sendiri, dan itu bagus. Memang banyak diketahui saya merencanakan lebih banyak film (DC), lima atau lebih, tetapi saya sibuk. Ada banyak hal yang saya lakukan," tuturnya.