REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Orang-orang yang beriman (Islam) diperintahkan untuk dapat menegakkan kebenaran. Perintah itu disampaikan Allah SWT dalam firmannya surah Al-Maidah ayat 8.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ} "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah.” (QS Al-Maidah: 8).
Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya, perintah jadilah kalian orang-orang yang menegakkan kebenaran karena Allah, bukan karena manusia atau karena harga diri. {شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ} "Menjadi saksi dengan adil.” (Al-Maidah: 8). "Maksudnya menegakkan keadilan, bukan kezaliman," terang Ibnu Katsir.
Ibnu Katsir menukilkan sebuah riwayat dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim) dari An-Nu'man ibnu Basyir RA.
عن النعمان بن بشير أنه قال : نحلني أبي نحلا فقالت أمي عمرة بنت رواحة : لا أرضى حتى تشهد رسول الله صلى الله عليه وسلم . فجاءه ليشهده على صدقتي فقال : " أكل ولدك نحلت مثله؟ " قال : لا . قال : " اتقوا الله ، واعدلوا في أولادكم " . وقال : " إني لا أشهد على جور " . قال : فرجع أبي فرد تلك الصدقة
Dalam riwayat ini dijelaskan bahwa ayahnya telah menghadiahkan kepadanya suatu peberian yang berharga. Ibunya bernama Amrah binti Rawwahah berkata, "Aku tidak rela sebelum kamu mempersaksikan pemberian ini kepada Rasulullah SAW."
Lalu, ayahnya datang menghadap Rasulullah SAW untuk meminta kesaksian atas pemberian tersebut. Maka Rasulullah SAW bertanya, "Apakah semua anakmu diberi hadiah yang semisal?" Ayahku menjawab. "Tidak."
Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Bertakwalah kamu kepada Allah, dan berlaku adillah kepada anak-anakmu." Dan Rasulullah SAW bersabda pula, "Sesungguhnya aku tidak mau bersaksi atas kezaliman."
"An-Nu'man ibnu Basyir melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ayahnya pulang dan mencabut kembali pemberian tersebut darinya," kata Ibnu Katsir.