REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI menyebut musim turut mempengaruhi kualitas udara di Tanah Air. Selain musim, hal-hal yang mempengaruhi kualitas udara adalah pembuangan gas emisi transportasi hingga kebakaran hutan.
"Faktor yang mempengaruhi kualitas udara di antaranya meteorologi, topografi, hingga emisi di wilayah tersebut," ujar Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Karliansyah dalam diskusi virtual yang dipantau dari Jakarta, Jumat (5/3).
Karliansyah mengatakan dari sisi meteorologi, Indonesia dipengaruhi dua musim yakni musim barat (penghujan) dan musim timur (kemarau). Pada musim barat kualitas udara cenderung lebih baik.
Sebab, angin yang bergerak mengandung lebih banyak uap air dan lebih bersih. Kondisi ini terjadi dalam rentang waktu Oktober hingga Maret, sekaligus menandai musim hujan yang terjadi di Indonesia.
Sementara saat musim timur, kualitas udara cenderung kurang baik. Pada musim timur, udara cenderung kering dan membawa partikel debu yang lebih banyak.
Oleh karena itu, tren konsentrasi partikel debu udara ambien di wilayah Indonesia umumnya akan terus meningkat."Konsentrasi partikel debu udara ambien Jakarta atau Indonesia pada umumnya akan terus meningkat pada bulan April hingga September," katanya.
Ia mencontohkan kualitas udara Jakarta pada musim penghujan periode 1 Januari hingga 4 Maret 2021 yang dipantau melalui parameter pencemar udara partikulat PM10 hingga PM2,5, masuk dalam kategori baik dan sedang.
Adapun penghitungan parameter kualitas udara jika mencapai 0-50 mikrogram/m3 berkategori baik, 51-100 mg/m3 sedang, 101-200 mg/m3 tidak sehat, 201-300 mg/m3 sangat tidak sehat, dan apabila menyentuh lebih dari 300 mg/m3 berkategori berbahaya.
Sementara DKI Jakarta dalam rentang tersebut tercatat memiliki 24 hari di bawah 50 mg/m3 atau kategori udara baik, sementara sisanya berkategori sedang atau di bawah 100 mg/m3. Selain dipengaruhi musim, adanya pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat juga turut menekan emisi gas buangan terutama di sektor transportasi
"Kita bersyukur udara di Jakarta hasilnya masuk kategori baik dan sedang, kita tidak pernah memperoleh udara yang tidak sehat apalagi lebih dari itu," katanya.