REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Berbagai indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini semakin terlihat. Pergerakan masyarakat yang kian bergeliat, laju inflasi yang positif terkendali, hingga ramainya pusat-pusat perbelanjaan menjadi sinyal positif peningkatan setelah pada kuartal IV tahun 2020 terkontraksi atau minus 2,19 persen.
“Kami melihat ada pergerakan positif dalam pertumbuhan ekonomi di kuartal I ini. Kami berharap berbagai indikator positif akan terus bergerak sehingga asumsi makro pertumbuhan ekonomi yang dipatok dalam APBN 2021 di kisaran 4,5-5,5 persen bisa tercapai di akhir kuartal IV tahun 2021,” ujar Ketua DPP PKB Bidang Keuangan dan Perbankan, Fathan Subchi, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (15/3).
Fathan menilai, sektor konsumsi akan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2021. Sektor konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh di kisaran 1,6-2,1 persen. Sedangkan belanja pemerintah bisa tumbuh di kisaran 4-5 persen.
“Dengan berbagai indikator tersebut kami memprediksi kuartal I/2021, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 1,6-2,1 persen. Kita lihat nanti realisasinya di akhir bulan ini karena Maret akan menjadi bulan terakhir perhitungan triwulan pertama,” katanya.
Wakil Ketua Komisi XI DPR ini berharap agar berbagai indikator positif pertumbuhan ini dipertahankan di bulan-bulan mendatang. Salah satunya dengan optimalisasi pemanfaatan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Pada program PEN tahun ini, alokasi anggaran untuk sektor UMKM dan pembiayaan korporasi mencapai Rp 187,17 triliun, lalu sektor kesehatan sebesar Rp 173,3 triliun. Kemudian sektor perlindungan sosial Rp 150,21 triliun, program prioritas Rp 123,8 triliun dan insentif usaha Rp 53,86 triliun.
“Melihat nilainya yang relatif besar, kita berharap program-program stimulus bagi pelaku usaha ini bisa tersalurkan secara tepat dan bermanfaat. Model insentif ini juga sesuai dengan kebutuhan para pelaku usaha yang sempat mengerem aktivitas bisnisnya karena lesunya pasar,” katanya.
Kendati demikian, Fathan berharap, sektor-sektor yang tidak tersentuh PEN tetap harus mendapatkan perhatian pemerintah. Dia menekankan agar ada perhatian serius terhadap pengembangan sektor pertanian. Sektor ini terus tumbuh di tengah tumbangnya berbagai sektor lain selama pandemi Covid-19.
“Tidak ada skema yang jelas bagi kelompok usaha ini dalam program PEN, padahal sektor ini bisa tumbuh di tengah kontraksi ekonomi. Harusnya ini menjadi perhatian serius sehingga sektor ini benar-benar menjadi pengungkit kembali perekonomian nasional,” ujar dia.
Menurut Fathan, turunnya kasus aktif harian Covid-19 serta antusiasme tinggi terhadap program vaksinasi memberikan kontribusi positif bagi pergerakan ekonomi masyarakat. Selain itu, penerapan PPKM Mikro juga berkontribusi terhadap upaya pengendalian Covid-19 tanpa mengganggu aktivitas ekonomi makro.
“Berbagai program pengendalian Covid-19 bisa kembali menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha agar ekonomi kembali bergairah,” katanya.