REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER— Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) bersama Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jember meluncurkan Sakola Mamaca.
Peluncuran ini dalam rangka memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Masjid Nurus Shobirin Ponpes Asy Syifa Cumedak, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Sakola Mamaca (Sekolah Macopat) merupakan program Lesbumi Jember sebagai upaya pelestarian salah satu kesenian tradisional di Nusantara, yaitu mamaca atau macopat yang merupakan tradisi sastra lisan berupa tembang kuno yang diciptakan pujangga Islam (ulama).
"Program tersebut bertujuan untuk meneruskan tradisi-tradisi para leluhur kepada generasi muda kaum milenial. Sehingga, akan tercipta generasi penerus yang andal dalam melakukan, memahami, dan menginterpretasi macopat," kata Siswanto dalam rilis yang diterima ANTARA di Jember, Rabu (17/3).
Menurutnya, Sakola Mamaca adalah program yang akan terus bergulir menjadi pertemuan rutin, sehingga akan ada pertemuan berikutnya yang lebih fokus pada teknik-teknik dasar membaca teks mamaca, mulai mengenal metrum atau tembang, latihan membaca, pembukuan dan dokumentasi naskah mamaca.
Sementara itu, Ketua ISNU, Jember Dr Hobri, mengatakan pelestarian budaya merupakan tanggung jawab bersama oleh berbagai pihak, karena salah satu budaya mamaca/macopat di masyarakat terutama masyarakat Madura dan Jawa.
"Komunitasnya saat ini semakin langka, bahkan hanya ditekuni sebagian kecil masyarakat. Hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja, sehingga harus ada kesadaran bersama," katanya.
Melalui ISNU Jember, lanjut dia, pihaknya berupaya agar tradisi mamaca masuk dalam kurikulum lokal, sehingga perlu disiapkan menerbitkan sertifikat atau surat keterangan kompetensi atau keahlian sebagai bukti kelulusan, sehingga cara itu efektif dalam melestarikan tradisi mamaca.
Pengasuh Ponpes Asy-Syifa, KH Nisful Laily Iskamil, mengatakan Sakola Mamaca merupakan program yang tepat pada saat ini karena sangat dibutuhkan untuk pelestarian tradisi mamaca.
"Setelah saya amati dan pahami, ternyata dalam teks mamaca itu terkandung nilai-nilai luar biasa yang bersumber dari Islam, baik yang terkait dengan sejarah Nabi Muhammad maupun terkait ajaran Islam yang lain," katanya.
Dengan demikian, lanjut dia, hal itu bukti bahwa tradisi mamaca tidak berseberangan dengan pokok-pokok syariat Islami. Pelaku tradisi mamaca Ustad Sagi dan Ustad Ari yang didapuk sebagai pemateri mengaku sangat senang jika ada generasi muda yang ingin belajar mamaca.
"Kami sudah 30 tahun melestarikan tradisi mamaca. Sering diundang setiap ada hajatan nikah, selamatan rumah dan lain-lain. Semoga dengan adanya program itu ada yang meneruskan kami. Mamaca adalah warisan leluhur yang harus kita jaga bersama," ujarnya.