REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengumumkan Iran tidak terburu-buru untuk kembali ke kewajibannya di bawah perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Teheran siap menunggu sampai Washington mencabut sanksi ilegalnya, Ahad (21/3).
"AS harus mencabut semua sanksi terlebih dahulu dan kemudian kami akan memverifikasi ini, dan jika mereka benar-benar dicabut, kami akan kembali ke komitmen JCPOA tanpa masalah," kata Khamenei dalam sambutan acara Tahun Baru Iran.
Dikutip dari Sputniknews, Khamenei menekankan, Iran tidak terburu-buru untuk kembali ke kesepakatan yang mengharuskan mematuhi semua komitmen sementara penandatangan lainnya tidak. Dia menambahkan bahwa bila kesepakatan nuklir direvisi, maka dapat diterima jika itu melayani kepentingan Iran, bukan kepentingan Amerika Serikat (AS).
"Orang bodoh sebelumnya [presiden AS] telah merancang kebijakan 'tekanan maksimum' untuk menyudutkan Iran dan membawa Iran ke meja perundingan dan memaksakan tuntutan arogannya pada Iran yang lemah. Namun, dia menghilang sedemikian rupa sehingga baik dirinya maupun negaranya dipermalukan sementara Iran berdiri teguh dan bangga," kata Khamenei, mengacu pada Donald Trump.
Khamenei memperingatkan bahwa jika pemerintah saat ini juga ingin mengejar kebijakan tekanan maksimum, maka akan gagal dan menghilang dari panggung politik. "Kami tidak dapat mempercayai janji-janji AS. Kami tidak terburu-buru. Ya, kami juga percaya bahwa peluang harus dimanfaatkan, tetapi kami tidak akan terburu-buru, karena dalam beberapa kasus risikonya lebih besar daripada manfaatnya. Kami bertindak tergesa-gesa (bergabung) dengan JCPOA," katanya.