REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Pihak berwenang Bulgaria memberikan waktu 72 jam kepada dua diplomat Rusia untuk meninggalkan negara itu atas tuduhan spionase. Jaksa mengumumkan bahwa enam orang telah ditangkap karena dicurigai menjadi mata-mata Rusia, termasuk beberapa pejabat kementerian pertahanan di Uni Eropa dan negara anggota NATO.
"Penyelidikan awal telah menunjukkan bahwa dua warga Rusia melakukan aktivitas intelijen yang tidak sesuai dengan hubungan diplomatik," ujar Kementerian Luar Negeri Bulgaria, dilansir Aljazirah, Selasa (23/3).
Menurut stasiun televisi Bulgaria, Nova, para diplomat yang diusir itu adalah perwira yang bekerja untuk intelijen militer Rusia. Sebelumnya jaksa mengatakan, enam orang yang ditangkap pekan lalu adalah anggota jaringan mata-mata yang dipimpin oleh mantan perwira intelijen Bulgaria dan istrinya berperan sebagai perantara dengan kedutaan Rusia.
Kedutaan besar Rusia di Bulgaria menanggapi pengusiran dua diplomatnya dalam sebuah pernyataan di Facebook. Dalam pernyataannya, Rusia akan mengambil tindakan pembalasan atas pengusiran tersebut.
"Tindakan tidak berdasar oleh otoritas Bulgaria ini tidak berkontribusi pada dialog konstruktif antara Rusia dan Bulgaria. Rusia berhak melakukan tindakan pembalasan," ujar pernyataan Kedutaan Rusia di Bulgaria.
Hubungan antara Bulgaria dan Rusia telah dilanda beberapa skandal mata-mata dalam beberapa tahun terakhir. Antara Oktober 2019 hingga akhir 2020, lima diplomat Rusia dan seorang asisten teknis di kedutaan Rusia diusir dari Bulgaria atas tuduhan spionase.
Bulgaria dianggap sebagai sekutu terdekat Rusia selama Perang Dingin. Empat belas tahun setelah bergabung dengan Uni Eropa (UE), Bulgaria masih bergantung pada energi Rusia. Dengan resornya di Laut Hitam, negara ini sangat populer di kalangan turis dan pemilik properti Rusia.