REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Deputi Menteri Pertahanan Arab Saudi Khalid bin Salman mengatakan pengumuman inisiatif perdamaian untuk mengakhiri perang Yaman sesuai dengan rencana sebelumnya. Ia mengatakan, inisiatif ini juga menunjukkan kepentingan Arab Saudi pada stabilitas dan keamanan Yaman.
"Kerajaan Arab Saudi berusaha membangun perdamaian di Yaman, pengumuman yang disampaikan baru-baru ini sesuai dengan rencana sebelumnya, mulai dari inisiatif Teluk hingga semua upaya konsultasi untuk mengakhiri krisis dan meraih penyelesaian politik yang komprehensif," kata Khalid bin Salman dalam cicitannya seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (23/3).
"Inisiatif ini juga menunjukkan kepentingan Kerajaan terhadap stabilitas Yaman dan komitmen untuk menyatukan semua faksi di Yaman dalam menopang prioritas nasional," tambahnya.
Pada Senin (22/3) kemarin Arab Saudi mengumumkan inisiatif baru untuk mengakhiri perang di Yaman. Pangeran Khalid mengatakan inisiatif ini bertujuan untuk meringankan penderitaan rakyat Yaman serta memberi pemberontak Houthi kesempatan untuk 'menjunjung tinggi kepentingan Yaman dan rakyatnya dibandingkan tujuan ekspansionis Iran'.
"Kami berharap mereka akan menerimanya dengan cepat dan semua pihak di Yaman mulai melakukan perundingan damai untuk mencapai penyelesaian yang komprehensif dan berkelanjutan, kami akan terus membela rakyat, tanah dan perbatasan kami," kata Pangeran Khalid.
"Dan kami akan terus mendukung pemerintah Yaman dan angkatan bersenjatanya melawan agresi Houthi, kami juga menegaskan komitmen kami untuk mengimplementasikan inisiatif ini bila Houthi menerimanya di bawah pengawasan dan pemantauan PBB," tambah Khalid dalam serangkaian cicitannya.
Dalam konferensi pers di Riyadh, Pangeran Khalid mengatakan salah satu hal yang dilakukan inisiatif itu adalah gencatan senjata yang diawasi PBB. Kementerian Arab Saudi mengatakan bila kedua belah pihak sepakat maka bandara Sanaa dapat dibuka kembali sehingga impor bahan bakar dan makanan bisa masuk pelabuhan Hodeidah.