REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Delapan negara Arab dan empat organisasi internasional, termasuk PBB, menyambut baik inisiatif dari Arab Saudi untuk mengakhiri perang di Yaman. Sebelumnya pada Senin, Menteri Luar Negeri Saudi, Faisal bin Farhan menawarkan rencana untuk menerapkan gencatan senjata kepada kelompok pemberontak Houthi untuk menyelesaikan krisis di Yaman.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Mesir menyambut baik inisiatif tersebut dan mendesak semua pihak untuk mendukung upaya membawa perdamaian ke Yaman.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi juga menyatakan dukungannya terhadap inisiatif Saudi. Lewat pernyataan di Twitter, dia menggambarkan rencana Saudi itu sebagai langkah terintegrasi dan konsisten dengan keputusan legitimasi internasional untuk mencapai kesepakatan politik yang komprehensif.
Turut menyuarakan dukungan, Kementerian Luar Negeri Bahrain yang meminta pihak Yaman dan komunitas internasional untuk mendukung serta menyambut seruan damai tersebut untuk mengakhiri perang di Yaman.
Menyambut inisiatif tersebut, Kementerian Luar Negeri Kuwait dalam sebuah pernyataan juga mendesak pihak Yaman untuk menerima ajakan itu secara positif dan sepenuhnya mematuhinya untuk mencapai solusi politik yang damai.
Kementerian Luar Negeri Sudan memuji inisiatif tersebut dan meminta negara-negara lain di kawasan dan komunitas internasional untuk mendukungnya. Kementerian Luar Negeri Qatar dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pihaknya menyambut semua inisiatif dan upaya yang bertujuan untuk mengakhiri peperangan di Yaman.
Baca sumber, https://www.aa.com.tr/id/dunia/negara-negara-arab-apresiasi-saudi-soal-tawaran-gencatan-senjata-di-yaman/2185369
Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) menggambarkan inisiatif tersebut sebagai kesempatan berharga untuk gencatan senjata komprehensif di Yaman yang akan membuka jalan menuju solusi politik yang langgeng.
Saudi Press Agency mengutip Duta Besar Djibouti, Dya-Eddine Said Bamakhrama yang memuji tawaran tersebut dan menyerukan kepada komunitas internasional untuk mendukung inisiatif Kerajaan untuk mengakhiri krisis di Yaman.
Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menyambut baik inisiatif Saudi dan mengatakan bahwa langkah itu sejalan dengan inisiatif PBB.
Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) mengatakan inisiatif tersebut mencerminkan keinginan tulus untuk mengakhiri krisis Yaman. Dalam kesempatan itu GCC juga meminta pihak Yaman untuk menerima tawaran itu. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengatakan inisiatif itu harus didukung untuk menghentikan pertumpahan darah di Yaman.
Memuji inisiatif tersebut, Liga Arab mengatakan perkembangan itu merupakan langkah positif menuju penyelesaian komprehensif di Yaman.
Sebelumnya pada Senin, sebuah sumber di New York mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Arab Saudi telah memberitahu PBB tentang niatnya untuk mengumumkan gencatan senjata sepihak di Yaman. Pada 18 Maret, Dewan Keamanan PBB meminta semua pihak untuk bekerja dengan utusan khusus PBB untuk Yaman "tanpa prasyarat" demi gencatan senjata nasional dan penyelesaian politik.
Yaman dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sana’a.
Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi militer pimpinan Saudi meluncurkan kampanye udara yang bertujuan untuk menggulung kembali kemenangan teritorial Houthi.
Puluhan ribu orang Yaman, termasuk warga sipil, diyakini telah tewas dalam konflik tersebut, yang menyebabkan apa yang dikatakan PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia karena jutaan orang berhadapan dengan risiko kelaparan.