Rabu 24 Mar 2021 20:04 WIB

Apakah Penerimaan Wahyu Semua Nabi dan Rasul Itu Sama?  

Allah SWT menurunkan wahyu masing-masing kepada nabi dan rasul

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Allah SWT menurunkan wahyu masing-masing kepada nabi dan rasul. Membaca Alquran (ilustrasi)
Foto: Muhammad Rizki Triyana (Republika TV)
Allah SWT menurunkan wahyu masing-masing kepada nabi dan rasul. Membaca Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mantan Mufti Mesir, Syekh Ali Jum'ah, menjelaskan soal apakah wahyu para nabi dan rasul itu diturunkan dalam bentuk yang berbeda-beda satu sama lain. Termasuk juga ihwal, apakah wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah SAW juga diturunkan kepada nabi dan rasul lainnya. 

Syekh Ali menjelaskan, wahyu yang diturunkan itu berbeda antara satu nabi dan nabi lainnya, sesuai tingkatan wahyu, risalah nabi yang disampaikan, dan kesiapan fisiknya. Disebutkan, wahyu adalah persoalan kosmologis yang erat hubungannya dengan aspek struktur manusia, fisiknya, dan penyampaiannya.

Baca Juga

Ketika wahyu diturunkan kepada salah satu nabi, menurut Syekh Ali, maka wahyu itu diturunkan sesuai energi tubuhnya. Jika tidak disesuaikan dengan fisik tubuh, tentu bisa meninggal. Dia menjelaskan, pembelahan dada sebelum perjalanan Isra dan Miraj adalah persiapan biologis bagi Nabi Muhammad SAW sebelum menerima wahyu dan menyampaikannya.

Karena, terang Syekh Ali, sebagaimana sifat alam semesta, yaitu ketika seseorang naik 150 meter dari bumi, maka tekanan udara meningkat dan pada tingkatan tertentu menyebabkannya tidak bisa bertahan.

Sebab itulah, ketika Nabi Muhammad SAW naik ke cakrawala yang lebih tinggi ke Sidratul Muntaha, tubuh Nabi SAW dipersiapkan terlebih dulu untuk menahan keadaan tersebut. "Dada Nabi Muhammad SAW dibelah karena tugas, posisi, dan wahyu yang diberikan kepadanya," katanya.

Syekh Ali Jum'ah juga menjelaskan soal bagaimana wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu tidak serta-merta turun begitu saja. Ada persiapan yang perlu dilalui. Seperti pada Nabi SAW, yang selama enam bulan bermimpi dan di dalam mimpinya melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Nabi Muhammad SAW memperhatikan berbagai hal secara detail apa yang terjadi pada hari esok. Syekh Ali Jum'ah mengatakan, mimpi ini sebagai persiapan Nabi SAW untuk bisa berpindah antara alam nyata dan gaib.

"Jika secara tiba-tiba ditimpakan begitu saja kepada seseorang, dia akan menjadi gila. Karena ada perbedaan yang jauh antara dunia yang terlihat dan dunia gaib, yang membuat pikiran tidak mampu menyerap pengetahuan ini, dan bisa menyebabkan pikirannya terganggu," tuturnya.

Sumber: masrawy

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement