Ahad 28 Mar 2021 18:07 WIB

Daya Tarik Nabi Muhammad di Mata Khadijah

Khadijah mendukung dakwah Nabi Muhammad.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Daya Tarik Nabi Muhammad di Mata Khadijah  Foto:   Ilustrasi Nabi Muhammad SAW
Foto: MGROL100
Daya Tarik Nabi Muhammad di Mata Khadijah Foto: Ilustrasi Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Sejak kedatangannya di Arab lebih dari 1.400 tahun yang lalu, Islam berhutang banyak kepada seorang wanita luar biasa, yang merupakan orang pertama yang percaya pada risalah Nabi Muhammad SAW, mendukung perjuangannya, dan mendukungnya secara moral bahkan finansial melawan sukunya.

Wanita ini tidak lain adalah Khadijah binti Khuwaylid, istri pertama Muhammad dan Bunda Orang Percaya pertama. Khadijah binti Khuwaylid adalah cinta pertama dalam hidup Nabi Muhammad SAW, dan dia tetap di hatinya lama setelah wafat.

Baca Juga

Para sejarawan telah mencatat dengan detail yang mencengangkan awal mula dakwah Islam dan apa yang telah berkembang agama ini menjadi hampir satu setengah milenium kemudian. Kita tahu kondisi sosial ekonomi suku Quraisy tempat Muhammad dilahirkan dan di mana dia diutus sebagai utusan.

Islam, yang telah mencapai ujung terjauh dunia, tidak akan mencapai kesuksesan seperti itu tanpa kekuatan pendorong dari mereka yang mengelilingi Nabi SAW, Khadijah binti Khuwaylid di atas semua yang lain.

Lahir di Suku Quraisy dari keluarga Khuwaylid ibn Asad ibn Abd al-Uzza dan Fatima binti Zaidah ibn al-Asam, Khadijah segera mendapatkan seorang suami pada usia 15 tahun ketika ayahnya menyetujui pernikahannya dengan Abu Halah Hind bin Zararah at-Taimiy yang meninggal beberapa tahun kemudian. Pernikahan ini meninggalkan kedua anak, bernama Hindun dan Halah.

Pernikahan kedua Khadijah adalah dengan Atiq ibn Abid al-Makhzumiyy, yang merupakan seorang pedagang kaya Mekkah. Namun, kehidupan perkawinan mereka tidak berlangsung lama dan dia menjanda untuk kedua kalinya. Setelah mewarisi kekayaan ayah dan suami keduanya, Khadijah kemudian terlibat dalam perdagangan dengan mempekerjakan laki-laki untuk menjalankan perdagangan antara Makkah dan Suriah.

Menurut banyak catatan sejarah, Khadijah adalah seorang wanita berkerudung yang kuat, seorang ibu yang punya jiwa kepemimpinan, dan seorang pengusaha wanita yang dihormati. Sebelum masuk Islam, ia mendapat julukan al-Tahira (wanita suci) dan Amirat nisa'i Quraisy (putri wanita Quraisy) karena integritas, kepemimpinan, dan kepribadiannya yang jujur.

Lalu, suatu ketika, dia mendengar tentang kemuliaan karakter seorang pemuda bernama Muhammad, dan dia memutuskan untuk mempekerjakannya buat urusan bisnisnya. Bagi Khadijah, sifat yang dimiliki Nabi Muhammad dibutuhkan sebagai orang yang akan memegang modal dagangnya.

Setelah misi pertamanya ke Suriah, di mana Nabi Muhammad SAW dikirim dengan didampingi budak Khadijah, Maysarah, Muhammad membuktikan bahwa dia adalah orang yang tepat. Sebab, Nabi SAW menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari sebelumnya.

Khadijah pun sangat puas dan memberinya kompensasi lebih dari pria lain yang berdagang untuknya. Ketika Maysarah menceritakan tentang apa yang dia saksikan tentang karakter mulia Muhammad selama perjalanan mereka, dia terkesan dan memutuskan untuk melamarnya.

Khadijah dikenal berani dan wanita yang mandiri, serta memiliki kecerdasan yang kuat. Keagungan sifat Khadijah kian jelas ketika ia memilih untuk menikahi seorang pria miskin yang mahar satu-satunya adalah kejujuran dan kepercayaan.

Padahal selama ini banyak pria dari Suku Khadijah, Quraisy, yang ingin menikahi Khadijah. Dengan demikian, Khadijah telah memberikan teladan moral bagi semua orang untuk mengedepankan nilai-nilai moral dan karakter daripada uang dan status sosial.

Sumber:

https://insidearabia.com/khadija-bint-khuwaylid-first-lady-of-islam/

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement