Kamis 01 Apr 2021 05:50 WIB

Beijing Berbagi Data Covid-19 dengan Penyidik WHO

Peneliti China sebut data covid-19 dibagi bersama Beijing dan penyidik WHO.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Beijing Berbagi Data Covid-19 dengan Penyidik WHO. Foto: Datsa Pasien positif Covid-19 (Ilustrasi)
Foto: www.freepik.com.
Beijing Berbagi Data Covid-19 dengan Penyidik WHO. Foto: Datsa Pasien positif Covid-19 (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pakar kesehatan Cina mengatakan tuduhan Beijing tidak berbagi data dengan tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam penelitian asal usul Covid-19 tidak mendasar. Usai hasil penelitian itu dirilis Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Cina menahan data dari tim peneliti internasional.

Namun salah satu ketua penelitian gabungan itu, Liang Wannian mengatakan peneliti kedua belah pihak memiliki akses pada data yang sama selama penyelidikan berlangsung. Menurutnya tuduhan akses terhadap data lemah tidaklah akurat.

"Tentu, berdasarkan hukum Cina, beberapa data tidak bisa dibawa atau difoto, tapi ketika kami menganalisisnya bersama di Wuhan, semua orang dapat melihat database, materinya, semuanya bersama-sama," katanya, Rabu (31/3).

Merespon tuduhan tim pakar internasional WHO tidak memiliki akses data dan sampel yang lengkap, Liang mengatakan tidak ada ilmuwan yang menerima informasi yang sempurna. Ia juga membantah mengenai keterlambatan rilisnya laporan tersebut.

"Setiap kalimat, setiap kesimpulan, setiap data, harus diverifikasi kedua belah pihak sebelum dirilis, sepanjang itu kami mempertahankan prinsip 'kualitas yang utama'," kata Liang yang menjabat sebagai kepala komite pakar Covid-19 Cina.

Penelitian gabungan menyimpulkan kemungkinan besar Covid-19 berasal dari binatang. Lalu ditularkan ke spesies perantara sebelum menyebar ke manusia. Penelitian itu juga menyebutkan butuh upaya lebih banyak untuk melacak apakah virus korona berasal dari pasar hewan liar di Cina dan Asia Tenggara.

Liang mengatakan Cina akan terus melacak asal usul Covid-19 tapi bagian Negeri Tirai Bambu dalam penelitian gabungan sudah selesai dan kini perhatian harus beralih ke negara lain. Ia menambahkan upaya melacak asal mula Covid-19 tidak bisa dilakukan dalam satu malam.

"Ada banyak  penyakit yang sudah menyebar sejak lama dan kami  masih tidak mengetahui asal mulanya, masih butuh banyak waktu," kata Liang. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement