Selasa 06 Apr 2021 11:29 WIB

Siklon Tropis Seroja 'Tak Lazim', Ini Penjelasan BMKG

BMKG mengatakan biasanya, siklon tropis masuk ke darat hanya ekornya.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ratna Puspita
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia  (BMKG) Dwikorita Karnawati
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) Dwikorita Karnawati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siklon tropis Seroja yang menerjang kawasan Nusa Tenggara Timur beberapa hari terakhir ternyata tidak menunjukkan perilaku siklon tropis pada umumnya. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, Siklon tropis Seroja mulai terbentuk dan berkembang  di atas wilayah NTT termasuk daratannya. 

Padahal biasanya, siklon tropis muncul dan berkembang di atas samudra atau laut, dengan bagian yang masuk darat hanya ekornya saja. "Inilah yang pertama kali terjadi, bedanya dengan siklon-siklon sebelumnya, siklon ini masuk ke daratan. Padahal pada umumnya siklon yang terjadi di Indonesia tidak masuk ke darat. Yang warna merah itu kekuatan tertinggi sudah masuk ke Kupang (citra satelit 3 April 2021)," ujar Dwikorita dalam keterangan pers usai rapat terbatas bersama Presiden Jokowi, Selasa (6/4). 

Baca Juga

Dwikorita lantas menunjukkan citra satelit dari siklon tropis Cempaka yang sempat menerjang wilayah Jawa Tengah dan DIY bagian selatan pada November 2017 lalu. Pada siklon tropis Cempaka itu, pusat badai berada di lautan. 

"Dan yang masuk ke darat hanya ekor yang warna biru-hijau. Begitu masuk ke darat, sebelumnya langsung pecah terurai. Namun ini (siklon Seroja) mulai berkembang saja sudah kena pulau. Dan itulah yang membuat lebih dahsyat," kata Dwikorita.

Kecepatan pusaran siklon tropis Seroja yang menghantam wilayah NTT, ujar Dwikorita, mencapai 85 km/jam saat terbentuk. Seiring bertambahnya waktu, per Selasa (6/4) ini kecepatan pusarannya naik menjadi 110 km/jam. Angkanya berpotensi meningkat menjadi 130 km/jam. Hanya saja, dampak ke manusia diyakini semakin berkurang karena badan siklon tropis Seroja saat ini telah menjauhi wilayah NTT. 

"Bayangkan kecepatan saat terbentuk bisa 85 km/jam, pusarannya. Jadi yang sebelah kiri Seroja, itu saat terbentuk sudah masuk di Kupang dan merahnya yang kuat, yang pusaran tinggi sudah di darat," ujar Dwikorita. 

BMKG mencatat ada 10 siklon tropis yang muncul di wilayah Indonesia sejak 2008 lalu. Siklon pertama terjadi pada 2008, disusul siklon berikutnya pada 2010 dan 2014. Artinya, ada selang waktu 2-4 tahun untuk setiap siklon yang terbentuk. 

"Tetapi sejak 2017, itu setiap tahun selalu terjadi. Setiap tahun. Dan bahkan dalam setahun bisa dua kali. Dan Seroja ini baru yang pertama kali benar-benar cukup dahsyat, karena masuk sampai ke daratan," kata Dwikorita.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement