REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau pada masyarakat luas, khususnya umat Islam dan para aghniya (dermawan) agar mengulurkan tangan guna meringankan beban masyarakat akibat bencana alam berupa banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Bantuan bisa disalurkan melalui berbagai lembaga yang kredibel dan dipercaya,” kata Ketua Umum MUI, KH Miftachul Akhyar melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (7/4).
Kiai Miftachul menyampaikan, MUI menyampaikan duka yang mendalam atas banyaknya korban jiwa dalam bencana alam di NTT. “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun (sesungguhnya kita semua milik Allah SWT dan kepada-Nya kita akan kembali),” ujar dia.
Dia mengatakan, bencana ini semua merupakan musibah, ujian atau cobaan. Bagi masyarakat NTT yang terkena bencana, diharapkan untuk bersabar, ridha dan berserah diri kepada Allah semata seraya berdoa memohon kekuatan dalam menghadapinya.
"Bencana ini merupakan peringatan untuk kita semua agar senantiasa mawas diri, berserah diri dan memperbaiki diri," ujarnya.
Kiai Miftachul mengatakan, bisa jadi bencana alam muncul karena ada faktor perilaku manusia. Di antaranya, pudar dan menurunnya etika dalam memperlakukan alam seperti penebangan hutan secara liar dan semana-mena.
Hutan menjadi gundul dan tanaman berkurang secara signifikan. Akibatnya suhu, iklim dan kecepatan angin menjadi ekstrim yang disebabkan karena rusaknya ekosistem dalam skala kecil maupun skala yang luas.
Dia mengingatkan, karena masih dalam suasana pandemi Covid-19, MUI mengajak masyarakat maupun korban bencana di NTT agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Yaitu dengan tetap menjaga jarak, menghindari kerumunan, sering mencuci tangan dan tetap menggunakan masker.
"Kepatuhan menerapkan protokol kesehatan dimulai dari aparatur dan tokoh masyarakat, petugas medis dan para relawan serta masyarakat di daerah bencana. Dengan demikian, maka akan terhindar dari efek kerugian yang lebih besar," ujarnya.
MUI melalui Lembaga Penanggulangan Bencana MUI akan turut serta dalam menangani penanggulangan bencana di NTT. Pertama, yaitu melakukan koordinasi dan berkolaborasi dengan berbagai lembaga dan badan yang menangani penanggulangan bencana, khususnya yang berbasis pada ormas Islam maupun berbasis pada masyarakat.
Kedua, akan berkoordinasi dengan MUI Provinsi dan MUI Kabupaten/ Kota yang berada di daerah bencana. Ketiga, MUI akan menyalurkan bantuan berupa sejumlah uang dari donasi masyarakat, kurma dan obat-obatan. Keempat, membuka rekening donasi bagi masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan melalui MUI ke rekening BNI Syariah Nomor 0997987987 atas nama Tim Penanggulangan Bencana MUI.
"Semoga Allah SWT memberikan kesabaran dan ketabahan bagi korban bencana alam di NTT," kata Kiai Miftachul.
Sebagaimana diketahui, Siklon Tropis berdampak di delapan wilayah administrasi kabupaten dan kota. Di antaranya Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao dan Alor.
Kerugian akibat bencana di antaranya 1.962 unit rumah terdampak, 119 unit rumah rusak berat, 118 unit rumah rusak sedang, dan 34 unit rumah rusak ringan. Sedangkan fasilitas umum 14 unit rusak berat, satu rusak ringan, dan 84 unit lain terdampak.
Pada 6 April 2021, tercatat korban bencana alam di NTT telah menelan korban 128 warga meninggal dunia dan korban hilang sebanyak 72 orang. Sebanyak 2.019 kepala keluarga atau 8.424 warga mengungsi serta 1.083 kepala keluarga atau 2.683 warga lainnya terdampak.