Sabtu 10 Apr 2021 00:30 WIB

SBY Disebut Patenkan Demokrat Pakai Perusahaan Kosmetik

Max Sopacua sebut upaya patenkan Demokrat akan digugat kubu KLB.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah bendera dari Partai Demokrat terpasang di jembatan layang.
Foto: Antara/M Irsyal Hidayat
Sejumlah bendera dari Partai Demokrat terpasang di jembatan layang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Max Sopacua kesal dengan upaya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dianggap ingin mematenkan Demokrat untuk pribadi. Max mengungkap SBY coba patenkan merek partai Demokrat menggunakan perusahaan kosmetik.

Max menyebut langkah SBY dilakukan dalam senyap. Max menduga kubu Cikeas sengaja meramaikan isu lain demi memuluskan mematenkan merek Demokrat di Kemenkumham.

Baca Juga

"Kenapa diam-diam? Sengaja diangkat masalah lain sehingga kita berdebat untuk itu. Termasuk masalah pengadilan. Itu untuk mengaburkan pemikiran orang," kata Max pada Republika, Jumat (9/4).

Max memperoleh informasi bahwa usaha mematenkan merek dan logo partai Demokrat dilakukan SBY via perusahaan kosmetik. Kabar ini tentu membuat Max heran bukan kepalang karena perusahaan kosmetik tak ada hubungannya dengan Demokrat. Sayang, Max enggan menyebut nama perusahaan yang dimaksudnya.

"Didaftarkan PT yang disinyalir perusahaan kosmetik, kita belum tahu itu punya siapa, apa punya keluarga SBY juga atau tidak. Tapi ini tidak nyambung PT kosmetik kok daftarkan parpol untuk kepemilikan SBY," ujar mantan anggota DPR RI itu.

Max menuturkan dosa SBY yang ingin mematenkan Demokrat untuk pribadinya sungguh tak bisa dimaafkan. Ia dan para pendiri Demokrat berencana menggugat SBY dalam waktu dekat. Menurut versi Demokrat KLB, SBY sudah salah lebih dulu dengan membantah 99 orang mendirikan Demokrat.

"Gantikan 99 nama pendiri itu mungkin lebih ringan dosanya daripada daftar ke pengadilan sbagai pemilik tunggal partai Demokrat," ucap Max.

Max menyatakan di awal berdirinya Demokrat, SBY hanya berstatus sebagai anggota. Max menganggap SBY telah berubah menjadi manusia yang kian serakah.

"Di mana dia (SBY) buat partai Demokrat? 6 Maret 2003 dia bilang tidak berambisi buat Partai Demokrat, dia bilang bgitu juga ke Bu Mega. 7 April dia muncul di rapat koordinasi Demokrat nyatakan mau jadi anggota. Sekarang dia daftar sebagai pemilik tunggal. Itu apa sih namanya? Tamak? Super tamak? Atau apa gitu. Mengambil hak orang banyak yang bukan hak dia," pungkas Max.

Republika coba meminta klarifikasi terkait kabar ini ke Demokrat kubu Cikeas. Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyatakan pihaknya memilih tak menanggapi tudingan Demokrat hasil KLB tersebut.

Sebelumnya, pendiri Partai Demokrat Hengky Luntungan menyampaikan punya bukti soal SBY mendaftarkan merek Demokrat atas nama pribadi. Ia menyebut pendaftaran dilakukan SBY pada 19 Maret. Hanya saja, pemerintah belum mengeluarkan pengesahan atas permintaan SBY.

"Saya heran kok Partai Demokrat didaftarkan milik SBY. Ini didaftarin ke Kekayaan Intelektual Kemenkumham. Untung belum keluar (pengesahannya). Kami bakal segera bantah klaim SBY ini karena sangat merugikan," kata Hengky pada Republika, Jumat (9/4).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement