REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin telah memerintahkan otoritas keamanan di negaranya meningkatkan penjagaan terhadap masjid. Perintah itu muncul setelah adanya aksi vandalisme terhadap masjid di sebuah pusat kebudayaan Islam di kota Rennes.
"Coretan anti-Muslim yang telah tertulis di pusat budaya dan agama ini tidak dapat diterima. Kebebasan beribadah di Prancis adalah kebebasan mendasar," kata Darmanin saat berkunjung ke Avicenna Islamic Cultural Center (AICC) di kota Rennes pada Ahad (11/4), dikutip laman Anadolu Agency.
Darmanin mengungkapkan kunjungannya ke AICC adalah untuk menunjukkan solidaritas pemerintahan Presiden Emmanuel Macron dengan komunitas Muslim. Coretan atau grafiti yang terpampang di dinding masjid AICC menghina Islam dan Nabi Muhammad.
The French Council of Muslim Worship (CFCM) mengatakan insiden di Rennes terjadi dua hari setelah serangan pembakaran masjid Arrahma di Nantes serta ancaman pembunuhan yang ditujukan kepada jurnalis Muslim Nadiya Lazzouni. Ia menyalahkan meningkatnya tindakan anti-Muslim pada perdebatan seputar rancangan undang-undang (RUU) yang mengkonsolidasikan prinsip-prinsip Republik tanpa pandang bulu dan secara khusus menargetkan komunitas Muslim.
CFCM mengatakan perdebatan itu "sayangnya telah menjadi forum untuk pembenci dari semua lapisan". Ia menyebut slogan-slogan Islamofobia adalah bagian dari gerakan separatis yang ideologinya menginspirasi Brenton Tarrant, pelaku penembakan dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Maret 2019.
CFCM menilai hal itu meupakan ancaman bagi negara dan sesama warga di dalamnya. Ia mengimbau umat Islam di sana tetap waspada dan tidak terlibat dalam "pertarungan" yang salah.