REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- NATO akan mulai menarik semua pasukan negara anggota dari Afghanistan pada 1 Mei.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Rabu (13/4) mengatakan, penarikan yang teratur, terkoordinasi dan disengaja akan selesai dalam beberapa bulan.
"Kami menghadapi dilema karena alternatif untuk pergi dengan tertib adalah bersiap untuk komitmen militer jangka panjang terbuka dengan kemungkinan lebih banyak pasukan NATO," kata Stoltenberg pada konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Brussel.
Dia mengatakan, langkah ini bukan akhir dari hubungan NATO dengan Afghanistan, melainkan awal dari babak baru
Komentar tersebut muncul setelah Presiden AS Joe Biden secara resmi mengumumkan bahwa AS akan menarik semua pasukannya pada 11 September, tepat pada peringatan 20 tahun serangan teroris 9/11 yang mendorong invasi AS di negara itu.
Biden mengatakan, konflik selama dua dekade telah berlalu setelah hampir 2.400 anggota militer tewas dan puluhan ribu lainnya terluka.
"Kita pergi ke Afghanistan karena serangan mengerikan yang terjadi 20 tahun lalu, itu tidak dapat menjelaskan mengapa kita harus tetap di sana pada 2021," ungkap dia.
Biden mangatakan perang di Afghanistan tidak pernah dimaksudkan sebagai upaya multi-generasi.
“Kami diserang. Kami pergi berperang dengan tujuan yang jelas. Kami mencapai tujuan tersebut dan Laden mati,” ujar dia.
Osama bin Laden, pemimpin Alqiadah yang mengaku bertanggung jawab atas serangan 9/11, tewas di tangan pasukan AS.