REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Sapto Andika Candra
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, memastikan pasokan vaksin Covid-19 untuk bulan April dan Mei akan terpenuhi meskipun ada hambatan distribusi dari vaksin AstraZeneca. Terakhir, Indonesia kembali menerima kedatangan enam juta dosis bahan baku vaksin CoronaVac dari Sinovac pada Ahad (18/4) kemarin.
"Jadi kita sekarang walaupun agak rem karena memang ada hambatan untuk yang Astrazeneca tapi alhamdulillah yang China masih masuk. Sehingga April ini harusnya terpenuhi dan kita juga sudah menyiapkannya untuk bulan Mei," jelasnya saat meninjau vaksinasi para seniman dan budayawan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (19/4).
Menkes menjelaskan, Indonesia memiliki empat sumber pasokan vaksin yang digunakan di Tanah Air, yakni dari China, Inggris, Amerika, dan juga Jerman-Amerika. Sehingga jika terjadi hambatan distribusi dari salah satu produsen, maka Indonesia masih memiliki pasokan vaksin dari produsen lainnya.
"Memang sekarang di seluruh dunia rebutan vaksin itu makin keras. Alhamdulillah Indonesia itu sumber vaksinnya ada empat. Ada yang dari China, dari London, dari Amerika, ada yang dari Jerman Amerika. Sehingga kalau ada satu yang terganggu yang lainnya insya Allah masih lancar," jelas dia.
Salah satu produsen vaksin Covid-19 yang masih terus mendistribusikan vaksinnya ke Indonesia yakni dari China. Budi menyebut, pihak produsen vaksin dari China bahkan rutin melakukan pengiriman setiap dua minggu.
"Jadi rutin mereka memang setiap dua minggu itu ada pengiriman. Pengirimannya datang kemarin itu 6 juta bahan baku. Itu akan jadi sekitar 80 persennya atau 4,8 juta satu bulan kemudian di bulan Mei," kata dia.
Seperti diketahui, enam juta dosis bahan baku vaksin CoronaVac dari Sinovac kembali tiba di Indonesia pada Ahad kemarin. Kedatangan vaksin kali ini merupakan yang kedelapan dari keseluruhan vaksin Covid-19 yang telah tiba di Indonesia sejak 6 Desember 2020.
Bahan baku vaksin tersebut kemudian akan diolah terlebih dahulu dan diproduksi oleh PT Bio Farma yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin Covid-19 produksi Sinovac juga sebelumnya telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM dan memperoleh fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Indonesia sudah menerima total 59,5 juta dosis bulk vaksin Covid-19 dari Sinovac. Dari angka tersebut, Bio Farma akan memproduksi sebanyak 47 dosis vaksin jadi.
"Sampai saat ini ada 22 juta dosis dari 47 juta (dosis) yang masuk yang sudah kita terima dan sudah kita distribusikan ke seluruh daerah," kata Budi, kemarin saat menerima bulk vaksin Sinovac di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dalam 1 bulan ke depan hingga Mei 2021, PT Bio Farma ditargetkan sanggup memproduksi sekitar 20 juta dosis Coronavac yang siap didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengingatkan masyarakat agar tak lengah dan waspada terhadap potensi kenaikan kasus baru Covid-19 di Tanah Air. Ia menegaskan, pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia meskipun terjadi tren penurunan kasus dibandingkan awal tahun lalu.
"Kita harus menyampaikan apa adanya bahwa pandemi Covid-19 masih ada dan nyata di negara kita. Oleh sebab itu, kita tetap harus ingat dan waspada. Eling lan waspodo," kata Jokowi, saat meninjau pelaksanaan vaksinasi seniman dan budayawan di Galeri Nasional Indonesia, hari ini.
Ia mengatakan, perkembangan kasus Covid-19 yang dalam beberapa pekan terakhir ini melandai harus tetap diwaspadai. Sehingga tak kembali terjadi lonjakan kasus baru.
"Tetap tidak boleh lengah, tidak boleh menyepelekan yang namanya Covid-19. Jangan sampai situasi sekarang yang kurvanya sudah lebih baik, menurun, ini menjadi naik lagi gara-gara kita lengah dan tidak waspada," ungkapnya.
Menkes mengingatkan pula masyarakat terus menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Ia ingin agar momentum tren penurunan kasus Covid-19 di Indonesia terus dijaga sehingga tak terjadi lonjakan kasus seperti di negara lain.
"Karena memang sayang kita sudah turun. Jangan sampai nanti ada lonjakan ketiga seperti yang terjadi di negara-negara lain di Eropa, di Asia, maupun di Amerika selatan," tambahnya.