Rabu 21 Apr 2021 22:32 WIB

Studi Ungkap Mobilisasi Anti-Muslim di Media Sosial Prancis

Islamofobia dan xenofobia meningkat di media sosial Prancis

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Islamofobia dan xenofobia meningkat di media sosial Prancis. Ilustrasi polisi Prancis berjaga di dekat Gereja Notre Dame di Nice, selatan Prancis.
Foto:

Peneliti ISD juga menganalisis postingan dengan jangkauan tertinggi di Twitter dan Facebook, dan mengidentifikasi tiga topik utama diskusi. Pertama adalah kecaman terhadap dugaan 'islamisasi' masyarakat Prancis.

Beberapa tokoh sayap kanan menjadi pusat promosi narasi ini di Twitter termasuk mantan pejabat RN Jean Messiah (9 dari 30 posting dengan jangkauan tertinggi berasal dari akun Twitter Messiah) dan komentator ultra-konservatif Eric Zemmour.

Salah satu tweet Messiah mengecam 'imigrasi Arab-Afrika-Muslim' dan mempromosikan gagasan bahwa orang kulit putih Prancis akan segera menjadi minoritas di Prancis, gema pada teori konspirasi pengganti yang hebat. Zemmour memuji gerakan Identiter sayap kanan pan-Eropa.

Kedua, ialah wacana anti jilbab. Baik di Twitter dan Facebook, postingan yang paling banyak dibagikan mengecam pilihan beberapa wanita Muslim untuk mengenakan jilbab atau jilbab. Dari 30 tweet teratas yang dianalisis, 14 menggunakan istilah voile (jilbab) dan 12 menggunakan istilah islamophobia voile islamique (cadar Islam).