REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyerukan Uni Eropa untuk terus menekan Israel agar Palestina dapat menggelar pemilu di Yerusalem. Palestina memutuskan menunda perhelatan pemilu karena masalah tersebut.
Dikutip laman kantor berita Palestina WAFA pada Ahad (2/5), Shtayyeh memuji posisi Uni Eropa dalam mendukung penyelenggaraan pemilu di Palestina, termasuk Yerusalem Timur. Dia pun mengapresiasi sikap perhimpunan Benua Biru yang menyokong perjuangan kemerdekaan Palestina.
Pada Jumat (30/4) lalu, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borell mendesak Israel agar mengizinkan Palestina menggelar pemilu di Yerusalem. Dia pun menyesalkan keputusan penundaan perhelatan pemilu karena masalah tersebut.
"Keputusan untuk menunda pemilihan umum Palestina, termasuk pemilihan legislatif yang semula dijadwalkan pada 22 Mei, sangat mengecewakan," kata Borrell dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Anadolu Agency.
Dia menyerukan Israel memfasilitasi penyelenggaraan pemilu semacam itu di seluruh wilayah Palestina, termasuk di Yerusalem Timur. Borrell pun meminta Palestina menetapkan tanggal baru untuk menghelat pemilu tanpa penundaan.
Selain itu, Borrell meminta semua aktor politik Palestina melanjutkan pembicaraan. "Kami sangat yakin bahwa lembaga Palestina yang kuat, inklusif, akuntabel, dan berfungsi berdasarkan penghormatan terhadap aturan hukum serta hak asasi manusia sangat penting bagi rakyat Palestina," ucapnya.
Keputusan penundaan pemilu diambil Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Dia mengatakan Palestina tidak akan menghelat kegiatan tersebut jika Yerusalem dikecualikan. Abbas menekankan, begitu Israel mengizinkan penyelenggaraan pemilu di Yerusalem, pemungutan suara bakal dilakukan dalam sepekan.