REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Menteri Kesehatan bidang penanganan pandemi COVID-19 Dr Andani Eka Putra mengemukakan vaksin COVID-19 merupakan ikhtiar untuk melindungi diri agar tidak terpapar COVID-19. Berdasarkan data penelitian vaksin hanya bisa melindungi 65 persen.
"Artinya jika 100 orang divaksin 35 orang positif, namun akan lebih baik ketimbang 100 orang tidak divaksinasi maka 100 orang akan positif," kata dia di Padang, Selasa (11/5).
Ia menyampaikan hal itu pada webinar Siaga COVID-19 dengan tema Lebaran, Liburan dan Sekolah Gaya Baru. Menurutnya, vaksinasi melindungi diri sekitar 65 persen pada saat kondisi divaksinasi dan akan terus berkurang seiring berjalan waktu.
Kita harus divaksinasi supaya virus tidak bisa masuk ke tubuh, kata dia. Sebab menurutnya virus bisa bermutasi dalam tubuh dan akhirnya menular kepada orang lain, jika sejak awal divaksinasi maka tidak ada ruang mutasi.
Ia menyampaikan saat ini mutasi virus COVID-19 di Indonesia untuk varian B.1617 dari India sudah ditemukan di beberapa daerah yaitu Sumatera Selatan, DKI Jakarta dan Kalimantan Tengah."Ini yang perlu dijaga apalagi saat ini sedang memasuki mudik Lebaran dan jika tidak dikontrol bisa meledak, jika meledak maka daerah sekitar akan kena dan rumah sakit tidak akan sanggup menampung," kata dia.
Ia menjelaskan mutasi adalah perubahan yang terjadi pada neukletida. Akibat dari mutasi tersebut virus bisa menjadi lebih ganas atau lebih jinak hingga tidak respon dengan sistem pertahanan tubuh. Oleh sebab itu jika ada orang yang sebelumnya pernah terinfeksi kemudian terpapar lagi amat mungkin karena virus telah bermutasi sehingga tidak dikenali lagi oleh sistem pertahanan tubuh.