REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu di antara penyakit yang paling berbahaya adalah penyakit dengki atau “al-hasad”. Dengki adalah perasaan senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang. Karena itu, penyakit ini perlu segera diobati.
Dalam bukunya yang berjudul "Risalah Ikhlas & Ukhuwah", Said Nursi menjelaskan bahwa orang yang hatinya dipenuhi dengan kedengkian dan permusuhan terhadap sesama mukmin, selain menzalimi saudaranya seiman, sesungguhnya ia sedang menzalimi dirinya sendiri.
Lebih dari itu, menurut Nursi, ia juga melampaui batas kasih sayang Ilahi. Sebab, dengan kedengkian dan permusuhan tersebut, ia menjatuhkan diri ke dalam penderitaan yang pedih, dan penderitaan itu bertambah pedih bila melihat musuhnya mendapatkan kenikmatan. Ia pun tersiksa akibat rasa takut terhadap sang musuh.
Nursi mengatakan, jika permusuhan itu muncul akibat kedengkian, balasannya adalah siksa yang pedih. "Sebab, kedengkian membuat si pendengki lebih sakit daripada yang didengki. Kedengkian dapat membakar pelakunya dengan kobaran apinya, sementara orang yang didengki tidak dirugikan atau hanya menderita sedikit kerugian," kata ulama asal Turki tersebut.
Nursi melanjutkan, obat kedengkian adalah si pendengki harus merenungkan akibat dari kedengkiannya dan hendaknya ia menyadari bahwa kekayaan, kekuatan, kedudukan, dan hal-hal duniawi yang dinikmati orang yang didengkinya hanya bersifat sementara dan fana. Manfaatnya pun sedikit, namun tantangannya besar.
Adapun jika kedengkian timbul akibat faktor-faktor yang bersifat ukhrawi, kata Nursi, sebenarnya itu bukanlah suatu kedengkian. "Kalaupun ada perasaan dengki yang timbul pada hal-hal yang bersifat ukhrawi, bisa jadi si pendengki termasuk orang yang berlaku riya, di mana hal itu akan menghapus amal ukhrawinya di dunia. Atau, si pendengki berprasangka buruk terhadap orang yang didengkinya sehingga ia menzaliminya," jelas Nursi.