Selasa 25 May 2021 18:28 WIB

Jepang Resmi Buka Pusat Vaksinasi Massal untuk Lansia

Vaksinasi massal lansia dilakukan sebelum dimulainya Olimpiade Tokyo.

Rep: Puti Almas/ Red: Nora Azizah
Jepang membuka pusat inokulasi massal pada Senin (24/5).
Foto: AP/Koji Sasahara
Jepang membuka pusat inokulasi massal pada Senin (24/5).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang membuka pusat inokulasi massal pada Senin (24/5). Negara bertujuan melakukan vaksinasi untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) kepada para penduduk berusia lanjut (lansia) sebelum dimulainya Olimpiade Tokyo pada pertengahan tahun ini. 

Pusat inokulasi massal dibuka di sejumlah area di Ibu Kota Tokyo dan Osaka. Di sana, vaksinasi ribuan orang setiap haring dapat dilakukan, memberi dukungan pada vaksinasi yang dinilai berjalan cukup lambat di Negeri Matahari Terbit itu dibanding negara maju lainnya. 

Baca Juga

“Lebih baik mendapatkannya lebih awal. Semua berjalan cukup awal secara keseluruhan,” ujar Tetsuya Urano, seorang warga berusia 66 tahun yang sedang bersiap melakukan vaksinasi, dilansir The Strait Times, Selasa (25/5). 

Pusat inokulasi massal di Tokyo akan beroperasi dalam 12 jam sehari, yang ditargetkan dapat memberikan vaksin COVID-19 kepada 10.000 orang setiap haring selama tiga bulan ke depan. Di Osaka, 5.000 vaksin disiapkan setiap harinya.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga telah meminta pusat-pusat inokulasi massal pada bulan lalu untuk mempercepat peluncuran vaksinasi. Situs inokulasi skala besar yang dioperasikan oleh pemerintah daerah juga dibuka di prefektur Aichi, Miyagi, dan Gunma.

Gelombang wabah COVID-19 keempat di Jepang telah membuat pihak berwenang membuat pernyataan darurat yang mencakup sebagian besar wilayah. Termasuk diantaranya Tokyo, meningkatkan beberapa kekhawatiran tentang olimpiade, yang akan dimulai pada 23 Juli mendatang.

Status keadaan darurat di sebagian besar wilayah Jepang akan berakhir pada 31 Mei. Pemerintah negara itu selama ini cenderung memperpanjang langkah tersebut karena situasi wabah yang dinilai masih belum terkendali.

Gubernur Osaka Hirofumi Yoshimura, yang wilayahnya termasuk yang paling terpukul dalam gelombang wabah COVID-19 saat ini, mengatakan kepada wartawan bahwa akan memutuskan apakah akan meminta perpanjangan status keadaan darurat pada Selasa (25/5) besok. 

Sejauh ini, hanya 4,4 persen dari 125 juta penduduk Jepang yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, tingkat paling lambat di antara negara-negara besar dan maju di dunia. Jepang memulai kampanye inokulasi pada pertengahan Februari.

Kampanye tersebut awalnya diperlambat oleh kurangnya pasokan vaksin dosis impor yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech.

Tetapi meskipun pengiriman meningkat, peluncuran tersebut terhambat oleh kekurangan tenaga kerja dan kegagalan fungsi dalam sistem reservasi.

Pusat vaksinasi massal untuk lansia menggunakan vaksin Moderna yang baru disetujui penggunaannya oleh Kementerian Kesehatan Jepang pada Jumat (21/5) lalu, bersama dengan vaksin dari AstraZeneca.

Sementara itu, Johnson & Johnson mengatakan telah mengajukan persetujuan dan dapat mulai memasok vaksin COVID-19 ke Jepang pada awal 2022.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement