REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengkritisi sistem pemilu yang berlaku saat ini. Ia menilai pemberlakuan presidential threshold (PT) sebesar 20 persen malah membatasi ruang calon presiden (capres) potensial.
Pangi menduga, PT akan menjadi dalang terbuangnya tokoh-tokoh populer dan punya elektabilitas tinggi di Pilpres 2024. Para tokoh tersebut belum tentu bisa mendapat restu parpol yang mampu memenuhi PT.
"Adanya presidential threshold 20 persen, maka elektabilitas dan popularitas terkadang tak punya korelasi linear terhadap proses pencapresan, kalau pun iya tapi tidak menjadi faktor mutlak, itu bisa jadi bonus," kata Pangi dalam keterangan pers kepada wartawan, Ahad (30/5).
Pangi memprediksi para tokoh dengan elektabilitas tinggi seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil bisa saja dikagetkan dengan keputusan parpol jelang Pilpres 2024.
"Saya pikir nanti akan ada juga capres kaget, publik terkaget bahkan bukan tidak mungkin nama-nama capres di luar cluster kepala daerah, menteri dan ketua umum parpol," lanjut Pangi.
Pangi berharap ke depannya ada perbaikan sistem pemilu. Ia menyayangkan aturan pemilu seolah didesain membatasi ruang gerang capres potensial lainnya.
"Jadi kuncinya adalah siapa pemegang otoritas pemberi tiket (parpol), bukan soal tinggi rendahnya popularitas dan elektabilitas, ini hanya bonus jika dimiliki oleh kandidat tersebut, sisanya bisa dipoles secara sistematis oleh tim pemenangan," ucap Pangi.
Oleh sebab itu, Pangi menganalisa simulasi capres hanya akan berputar-putar pada partai itu-itu saja yang bisa memenuhi PT. PDIP, Gerindra dan Golkar berpeluang menjadi pemegang kunci pencalonan capres. Sisanya gabungan partai papan tengah kalau tidak ada koalisi "gemuk" yang menggembosi partai papan tengah.
"Kalau koalisi gemuk terjadi, kita sudah bisa tebak capres 2024 itu siapa saja, PDIP maunya siapa? (Puan Maharani) Gerindra mau usung siapa? (Prabowo Subianto) Golkar mau ikut dukung atau mau bikin poros alternatif sendiri? saya ingin katakan, sisanya nanti hanya akan mengikuti arus," ujar Pangi.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengedepankan politik tahu diri ketika bicara peluang maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang, meski tingkat elektabilitas dirinya terus terpantau naik lewat hasil sejumlah lembaga survei, seperti survei yang dilakukan oleh Y-Publica pekan ini. Ia memegang dua filosofi politik dalam memimpin yaitu politik akal sehat dan tahu diri. Tingkat elektabilitas dan popularitas dirinya yang dilansir lembaga survei bisa diperhitungkan oleh partai politik atau tidak sama sekali.