Ahad 30 May 2021 12:15 WIB

Ambang Batas President Threshold Membunuh Talenta Potensial

Kondisi ini memunculkan pesimistis Capres 2024 bakal diisi nama baru.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Pengamat politik, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.
Foto: Dok Pribadi
Pengamat politik, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menyatakan elektabilitas tokoh tak ada artinya tanpa dukungan partai politik (parpol) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Ia pesimis Capres 2024 bakal diisi nama baru.

Pangi menyebut capres potensial jumlahnya melimpah, sehingga tidak kekurangan tokoh untuk menduduki kursi RI 1. Sayangnya, ia menilai sistem politik membuat hambatan dan penghalang tokoh-tokoh potensial itu, salah satunya pemberlakuan ambang batas president threshold (PT) 20 persen. 

Baca Juga

"Pemberlakuan ambang batas presiden ini pada akhirnya akan membunuh talenta-talenta potensial dan menyisakan ruang permainan hanya berputar-putar pada permainan tingkat partai papan atas sebagai otoritas pemegang kendali  pemberian "tiket" pencapresan pada siapa diinginkan melalui lobi-lobi politik belakang layar, publik hanya menjadi penonton dan dipaksa memilih pada pilihan yang terbatas," kata Pangi dalam keterangan pers kepada wartawan, Ahad (30/5).

Pangi menekankan kunci Pilpres 2024 terletak pada otoritas tiket partai. Alhasil elektabilitas racikan elektoral yang tinggi seakan-akan tidak berguna. Jika merujuk pada pemilu sebelumnya, ia mendapati sudah dapat dipastikan otoritas tiket hanya akan dimonopoli partai-partai papan atas.

"Sehingga nama-nama yang berseliweran hari ini pada lembaga lembaga survei hanya akan menjadi hiasan di pemberitaan media dan akan hilang bahkan sebelum pestanya dimulai," ujar Pangi.

Pangi mewanti-wanti para tokoh dengan elektabilitas tinggi seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil agar tidak jumawa. Sebab menurutnya elektabilitas bukan kunci untuk mendapatkan "tiket" pencapresan.

"Silakan Anies Baswedan tinggi elektabilitasnya, silakan Ganjar Pranowo tinggi elektabilitasnya, silakan Ridwan Kamil tinggi elektabilitasnya tapi tetap nama-nama yang bakal keluar dari saku kantong, mutlak pada partai yang menentukan," ucap Pangi.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengedepankan politik tahu diri ketika bicara peluang maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang meski tingkat elektabilitas dirinya terus terpantau naik lewat hasil sejumlah lembaga survei. Seperti survei yang dilakukan oleh Y-Publica pekan ini. 

Ia memegang dua filosofi politik dalam memimpin yaitu politik akal sehat dan tahu diri. Tingkat elektabilitas dan popularitas Emil yang dilansir lembaga survei bisa diperhitungkan oleh partai politik atau tidak sama sekali.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement