REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dia akan menekan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghormati hak asasi manusia (HAM). Mereka dijadwalkan bertemu di Jenewa, Swiss, pada pertengahan Juni mendatang.
"Saya bertemu dengan Presiden Putin dalam beberapa pekan di Jenewa untuk menjelaskan bahwa kami tidak akan, kami tidak akan diam dan membiarkan dia menyalahgunakan hak-hak itu,” kata Biden dalam pidatonya pada Ahad (30/5).
Dalam keterangannya, Gedung Putih mengungkapkan Biden dan Putin akan membahas berbagai isu. Tujuannya adalah memulihkan stabilitas dalam hubungan Washington-Moskow.
Sebelumnya Biden telah mengutarakan harapannya bertemu Putin saat melakukan lawatan ke Benua Biru bulan depan. “Itu adalah harapan dan ekspektasi saya (bertemu Putin). Kami sedang mengusahakannya,” katanya kepada awak media awal bulan ini
Biden diagendakan menghadiri KTT G7 di Cornwall, Inggris, pada 11-13 Juni. Setelah itu, dia bakal bertolak ke Brussels, Belgia untuk bertemu para pemimpin Uni Eropa dan berpartisipasi dalam pertemuan puncak NATO.
Hubungan Rusia dan AS memanas setelah Biden membuat pernyataan menohok tentang Putin. Dia menyebut Putin sebagai pembunuh dan tak memiliki jiwa. Pernyataan itu dibuat Biden saat mengomentari kasus peracunan tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny. Merespons komentar Biden, Rusia menarik duta besarnya dari Washington pada Maret lalu.
Pada 15 April, AS mengumumkan pengusiran 10 diplomat Rusia dari negaranya. Washington pun menjatuhkan sanksi kepada 32 individu dan enam perusahaan Moskow. "Sepuluh diplomat yang diusir termasuk perwakilan dari dinas intelijen Rusia," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan kala itu.
Sementara itu, 32 individu dan entitas serta enam perusahaan Rusia dituduh mencampuri penyelenggaraan pemilihan presiden AS tahun lalu. Moskow telah berulang kali membantah tudingan yang menyebutnya mengintervensi perhelatan pilpres AS.
Ketegangan AS-Rusia juga meningkat di Ukraina setelah pemerintahan Biden dan sekutunya menuduh Moskow melakukan provokasi atas pembangunan militer Rusia di sepanjang perbatasan dengan Ukraina timur. Rusia membantah pergerakannya di dekat perbatasan merupakan ancaman.
Biden pada saat itu mengatakan dia telah meyakinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang "dukungan yang tak tergoyahkan" dalam konfrontasi Ukraina dengan separatis yang didukung Rusia, yang menguasai sebagian wilayah Donbas timur.