Selasa 01 Jun 2021 14:31 WIB

Pendidikan Karakter Pancasila Ditanamkan Lewat Pembiasaan

Nilai Pancasila harus ditanamkan sejak dini sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Hiru Muhammad
Pelajar mengerjakan soal Ujian Satuan Pendidikan (USP) mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menggunakan gawai di SMP Negeri 1 Ngasem, Kediri, Jawa Timur, Kamis (25/3/2021). Sejumlah sekolah di daerah tersebut mewajibkan siswa hadir di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 meskipun USP diselenggarakan secara daring guna mempermudah pemantauan.
Foto: Antara/Fauzan
Pelajar mengerjakan soal Ujian Satuan Pendidikan (USP) mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menggunakan gawai di SMP Negeri 1 Ngasem, Kediri, Jawa Timur, Kamis (25/3/2021). Sejumlah sekolah di daerah tersebut mewajibkan siswa hadir di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 meskipun USP diselenggarakan secara daring guna mempermudah pemantauan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK, Agus Sartono mengatakan pendidikan karakter Pancasila harus ditanamkan melalui pembiasaan. Setiap anak bangsa harus dipastikan menjiwai nilai-nilai Pancasila.

"Tidak bisa hanya diomongkan, diceramahkan. Ini ditanamkan sejak anak itu sebelum masuk PAUD, melalui habituasi," kata Agus, dalam diskusi daring Mewujudkan Sistem Pendidikan yang Berlandaskan Pancasila, Selasa (1/6).

Ia menjelaskan, pada jenjang PAUD proporsi terbesar pendidikannya masih berkaitan dengan karakter. Agus mengatakan, mestinya nilai-nilai Pancasila harus ditanamkan sejak dini yaitu sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar.

Penanaman nilai Pancasila kepada anak-anak PAUD, bukan berarti mereka diajari tentang butir-butir Pancasila, atau menghafalkan kata-kata di dalam Pancasila. Menanamkan nilai Pancasila yang dimaksud yakni sejak kecil mereka ditanamkan bagaimana menerapkan nilai ketuhanan, nilai toleransi dan nilai berbagi dalam kehidupannya.

"Anak PAUD diajari berbagi kue dengan temannya, membangun empati bersama, jadi bukan hanya menghafal nilai Pancasila tetapi nilainya yang harus kita tanamkan pada anak-anak melalui contoh-contoh, pembiasaan kehidupan sehari-hari," kata Agus menambahkan.

Selanjutnya, pada pendidikan dasar dan menengah, proporsi pendidikan karakter Pancasila akan diimbangi dengan ilmu pengetahuan. Begitu masuk ke pendidikan tinggi, proporsi pendidikan karakter akan lebih sedikit dibandingkan muatan kognitif.

"Pendidikan itu merupakan rekayasa sosial yang terencana untuk membangun karakter, membentuk karakter dan membangun keadaban. Karakter yang ingin kita bentuk, karakter insan Indonesia yang memahami karakter lima sila itu," ujar dia.

Lebih lanjut, Agus mengatakan salah satu pihak yang paling berperan dalam pendidikan karakter adalah guru. Jika sistem pendidikan sudah berlandaskan Pancasila, peraturan sudah dibuat, akhirnya guru yang paling berperan untuk membangun mimpi dan karakter setiap anak didiknya.

Walaupun demikian, pendidikan karakter Pancasila tidak cukup hanya digantungkan menjadi tanggung jawab sekolah. Pendidikan ini juga harus melibatkan orang tua, lingkungan masyarakat, dan melibatkan semua orang.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement