Sabtu 05 Jun 2021 04:12 WIB

113 Hari Berlayar, Pengungsi Rohingya Mendarat di Aceh

Pengungsi Rohingya masih menunggu kepastian apakah bisa bertahan di Aceh.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Indira Rezkisari
Pengungsi Rohingya
Foto: AP/Suzauddin Rubel
Pengungsi Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Sebuah kapal membawa puluhan pengungsi Rohingya yang berlayar sejak Februari telah berlabuh di Indonesia. Perjalanan yang memakan waktu 113 hari itu dilalui setelah sempat terombang-ambing di Laut Andaman akibat kerusakan mesin.

Ketibaan pengungsi Rohingya di Aceh itu disampaikan seorang pejabat hak asasi manusia (HAM) pada Jumat (4/6). Kapal berlayar pada 11 Februari dari Cox's Bazar di Bangladesh membawa 90 pengungsi Rohingya. Kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, mereka berharap mencapai Malaysia.

Baca Juga

Namun, mesin kapal mati empat hari setelah meninggalkan Cox's Bazar, tempat kamp-kamp pengungsi menampung ratusan ribu Muslim Rohingya yang telah melarikan diri dari negara Myanmar. "Kami telah mengetahui bahwa 81 (pengungsi) baik-baik saja, mereka mendarat di Pulau Idaman di Aceh (Indonesia)," kata Chris Lewa yang menjadi direktur Proyek Arakan, sebuah kelompok yang memantau krisis Rohingya, dilansir dari laman Arab News, Jumat (4/6).

"Mereka belum 100 persen aman di sana. Kami berharap mereka tidak akan didorong kembali," kata Lewa kepada Reuters.

Dari 90 orang yang berangkat dalam perjalanan tersebut, delapan ditemukan meninggal oleh Penjaga Pantai India yang telah melacak dan kemudian memperbaiki kapal tersebut pada Februari. Pihak berwenang India menyediakan makanan dan persediaan penting bagi para penyintas tersebut, tetapi menolak membiarkan mereka menginjakkan kaki di pantai. Bangladesh juga menolak mereka (81 orang yang selamat) masuk kembali.

Selama tiga bulan terakhir, badan-badan bantuan internasional dan anggota keluarga dari mereka yang berada di kapal telah berkali-kali mengajukan permohonan ke India, Bangladesh, Myanmar, dan Malaysia untuk informasi tentang nasib para penyintas di kapal tersebut.

Dwi Prafitria, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi di Indonesia, mengatakan kepada Reuters bahwa para pengungsi saat ini tidak memiliki tempat tinggal karena menunggu koordinasi dengan pemerintah setempat. Pihak berwenang di Indonesia, termasuk polisi setempat dan imigrasi, tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar pada Jumat (4/6).

Rohingya adalah kelompok minoritas, yang sebagian besar ditolak kewarganegaraannya oleh Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, yang menganggap mereka imigran ilegal dari Bangladesh. Lebih dari satu juta pengungsi Rohingya dari Myanmar tinggal di kamp-kamp yang padat di Bangladesh, termasuk puluhan ribu yang melarikan diri setelah militer Myanmar melakukan penumpasan mematikan pada 2017.

Para pedagang manusia sering merayu pengungsi Rohingya, membujuk mereka untuk bepergian dengan kapal reyot dengan janji diberi pekerjaan di negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement