REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI – Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII )diduga eksklusif, untuk membuktikan keterbukaan LDII, lembaga tersebut kembali mengundang Ulama MUI Pusat, untuk menjadi imam dan khatib sholat Jumat di Ponpes Wali Barokah yang jadi salah satu binaan LDII.
Sekretaris Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Pusat KH Dr Ali M Abdillah bertindak sebagai khatib, sedangkan Rektor IAIN Kediri Dr H Ahmad Subakir bertindak sebagai Imam.
"Alhamdulillah, ini menjadi satu langkah kemajuan yang sebelumnya tidak mungkin dan sulit diterima oleh cara pandang LDII. Satu harapan besar kita sudah terlaksana," ungkap Kiai Ali usai menjadi khatib di Masjid Pondok Pesantren Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur.
Dia menyampaikan, hal ini berkat kerjasama semua pihak khususnya Tim Pendahulu MUI Pusat, Tim MUI Jatim, MUI Kediri, maupun komitmen pimpinan Pusat LDII di Jakarta dan Kediri. Dari MUI, selain Kiai Ali ada pula Ketua Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Pusat Dr Firdaus Syam.
Menurut Kiai Ali ini langkah awal yang sangat disyukuri MUI. “Kita menuju kepada pembinaan yang lebih lanjut dengan kehadiran Wakil Ketua MUI Marsudi Suhud untuk menyampaikan tausiyah kebangsaan," kata Kiai Ali.
Didaulatnya Kiai Ali menjadi Khatib dan Kiai Subakir menjadi Imam di Ponpes Wali Barokah menunjukkan keseriusan LDII mewujudkan Islam yang inklusif. DPP LDII mengundang MUI menjadi imam dan khatib shalat Jum’at ini menunjukkan bahwa LDII inklusif.
“Semoga langkah di pusat LDII ini bisa diikuti masjid-masjid LDII yang lain. Ini sebagai komitmen LDII mewujudkan Islam yang inklusif,” ujarnya.
Komitmen LDII untuk menjalankan paradigma baru dan Komitmen MUI membantu LDII tetap menjalankan paradigma baru ini karena pada 27 April 2021, Pimpinan LDII hadir di kantor MUI Pusat.
Pada pertemuan tersebut, Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso dan Sekretaris Umum LDII Dody Taufiq Wijaya menandatangani surat pernyataan menjalankan paradigma baru.