Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, menjelaskan, Rusun Nagrak digunakan sebagai fasilitasi isolasi penderita Covid-19. Rusun Nagrak memiliki 14 tower yang terbagi atas tiga klaster. Tiap-tiap tower memiliki 16 lantai dengan 225 unit tempat tinggal dengan dua kamar. Rumah susun itu bisa menampung hingga 2.550 orang.
"Rusun Nagrak memiliki 14 tower, untuk Tower 1 sampai 5 akan difokuskan untuk lokasi isolasi pasien Covid-19 terkendali, Tower 6 sampai 10 masih dalam proses penghunian, sedangkan Tower 11 sampai 14 sudah terhuni," kata Widyastuti menjelaskan.
Ia mengatakan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta akan menggelar pelatihan prosedur standar operasi (SOP) penanganan pasien Covid-19 di bangunan-bangunan yang menjadi tempat karantina pasien. "Terdapat 58 tenaga petugas penyedia jasa lainnya perseorangan atau PJLP dari masing-masing tower yang akan dilatih oleh Dinas Kesehatan terkait SOP penanganan pasien Covid-19. Pelatihan akan dilaksanakan mulai Selasa (15/6) mendatang di Tower 3," katanya.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, menurut dia, juga membantu alur penerimaan atau evakuasi pasien Covid-19 dengan sistem zonasi guna meminimalkan potensi kontak antarpasien.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, ada beberapa penyebab terjadinya peningkatan kasus aktif Covid-19 di Ibu Kota. Salah satunya, kata dia, akibat mobilitas masyarakat saat mudik Lebaran, baik di dalam maupun luar kota.
"Ada beberapa penyebab, di antaranya masih ada peningkatan mudik Lebaran kemarin dampak dari juga interaksi semakin tinggi, dalam dan luar kota, karena (penyekatan) sudah dibuka," kata Ariza di Jakarta, Jumat (11/6).
Selain itu, Ariza menambahkan, mobilitas masyarakat yang datang dari luar negeri juga terjadi peningkatan dalam beberapa pekan terakhir. Namun, menurut dia, perilaku warga yang mulai abai terhadap penerapan protokol kesehatan pencegahan penularan virus corona juga menjadi salah satu penyebab melonjaknya kasus di Ibu Kota.
"Tidak kalah penting sebagian masyarakat mulai kurang kontrol dan abai, mulai tidak hati-hati lagi, mungkin karena capek sudah setahun lebih (pandemi Covid-19)," ujarnya.
Meski demikian, Ariza kembali menegaskan bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir. Dengan begitu, ia meminta kepada seluruh masyarakat agar tetap melaksanakan protokol kesehatan dan tidak abai terhadap bahaya penularan virus corona.
"Sekali lagi kami ingatkan, perjuangan kita melawan pandemi ini belum selesai. Jadi, jangan lengah, jangan abai, jangan santai, harus sungguh-sungguh kita pastikan di lini terdepan di ruang-ruang kecil rumah sekalipun, di RT, RW, komunitas di mana saja tetap laksanakan protokol kesehatan," kata dia menjelaskan.
Ariza juga menyebut, saat ini tingkat keterisian rumah sakit (RS) rujukan pasien Covid-19 di DKI Jakarta telah mencapai 65 persen. Dia menuturkan, hal ini merupakan imbas adanya peningkatan jumlah kasus penularan virus corona di Ibu Kota.
Ia menjelaskan, hingga Kamis (10/6), tingkat keterisian rumah sakit di Jakarta mencapai 4.276 tempat tidur. Lalu, tempat tidur di ruang ICU sebanyak 630 unit atau 58 persen sudah digunakan.
Ariza mengatakan, jumlah rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta sebanyak 106 lokasi, puskesmas kelurahan (290 lokasi), puskesmas kecamatan (44 lokasi), dan tenaga kesehatan (144.700 orang). "Jadi, mohon perhatian bagi seluruh warga Jakarta beberapa hari ini terjadi peningkatan yang cukup tinggi terkait TT, ICU, dan yang terpapar Covid-19," ucapnya.