Senin 14 Jun 2021 13:35 WIB

Sperma Tikus Dibawa ke Luar Angkasa, Apa yang Terjadi?

Sperma tikus yang terpapar radiasi kosmik menghasilkan anak tikus yang tidak cacat.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Tikus. Ilustrasi
Foto: wired.co.uk
Tikus. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Peneliti dari Jepang menemukan sperma tikus yang terpapar radiasi kosmik tingkat tinggi selama hampir enam tahun ternyata dapat menghasilkan anak tikus yang bebas dari cacat. Sperma itu disimpan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dalam bentuk beku dan kering. 

Setelah dibawa kembali ke Bumi dan direhidrasi, sperma tersebut menghasilkan kelahiran 168 anak tikus yang bebas dari cacat genetik. Ahli biologi perkembangan dan penulis utama Teruhiko Wakayama mengatakan bahwa ada sedikit perbedaan antara tikus yang dibuahi oleh sperma luar angkasa dan sperma yang tetap berada di planet manusia ini. 

Baca Juga

“Semua anak memiliki penampilan normal dan ketika diperiksa, tidak ada kelainan yang ditemukan,” ujar Wakayama dilansir Japan Today, Senin (14/6). 

Pada 2013, Wakayama dan rekan-rekannya di Universitas Yamanashi di Jepang meluncurkan tiga kotak, masing-masing berisi 48 ampul sperma beku-kering, ke ISS untuk studi jangka panjang. Mereka ingin menentukan apakah paparan radiasi jangka panjang di luar angkasa akan merusak DNA dalam sel reproduksi atau meneruskan mutasi ke keturunannya.

Hal tersebut bisa menjadi masalah bagi spesies manusia sendiri dalam misi eksplorasi dan kolonisasi ruang angkasa di masa depan. Kotak berisi ampul sperma itu dikembalikan ke Bumi untuk pembuahan setelah sembilan bulan pertama, kemudian setelah dua tahun, dan akhirnya setelah enam tahun, yang mengarah ke ratusan kelahiran.

Sperma beku-kering dipilih untuk percobaan karena dapat diawetkan pada suhu kamar, daripada membutuhkan freezer. Ampulnya juga kecil dan sangat ringan, seukuran pensil ukuran kecil. 

Ketika tikus luar angkasa mencapai usia dewasa, mereka dikawinkan secara acak dan generasi berikutnya juga tampak normal. Wakayama mengatakan bahwa telah terinspirasi oleh film fiksi ilmiah Heinlein dan Asimov dan pernah bercita-cita menjadi astronot. Studi ini diterbitkan di Science Advances.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement