Rabu 16 Jun 2021 19:35 WIB

28 Pesawat Militer China Masuki Zona Pertahanan Udara Taiwan

Penerobosan pesawat militer China ini dinilai sebagai yang terbanyak.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Sebuah foto handout yang tidak bertanggal dirilis pada 10 September 2020 oleh Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, menunjukkan pesawat tempur SU-30 China.
Foto: EPA-EFE/TAIWAN MINISTRY OF DEFENSE
Sebuah foto handout yang tidak bertanggal dirilis pada 10 September 2020 oleh Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, menunjukkan pesawat tempur SU-30 China.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Sebanyak 28 pesawat militer China memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan pada Selasa (15/6). Ini merupakan penerobosan terbanyak sejak Taiwan mulai melaporkan tindakan semacam itu sejak tahun lalu.

Seperti dilaporkan laman CNN, menurut Kementerian Pertahanan Taiwan, pesawat China yang memasuki wilayah pertahanan udara Taiwan meliputi jet tempur, pengebom, dan anti-kapal selam. Belum ada keterangan resmi dari Beijing perihal kejadian tersebut. China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.

Baca Juga

Penerobosan yang dilakukan pesawat-pesawat Cina terjadi setelah negara anggota G7 menyebut Negeri Tirai Bambu sebagai ancaman sistemik bagi dunia. Dalam komunikenya, G7 secara tegas meminta Beijing menjaga stabilitas di Selat Taiwan.

Kedutaan Besar (Kedubes) China di London mengkritik keras komunike tersebut. KTT G7 diketahui digelar di Cornwall, Inggris.

Kedubes China mengatakan penyebutan isu Xinjiang, Taiwan, dan Hong Kong memutarbalikkan fakta dan mengungkap niat jahat beberapa negara, seperti Amerika Serikat (AS). “Urusan internal China tidak boleh diintervensi, reputasi China tidak boleh difitnah, dan kepentingan China tidak boleh dilanggar,” kata Kedubes Cina dalam sebuah pernyataan pada Senin (14/6).

Kedubes China mengungkapkan, Biejing akan dengan tegas membela kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan nasionalnya. Negara Tirai Bambu itu juga bakal melawan semua jenis ketidakadilan dan pelanggaran yang dikenakan padanya. “G7 harus berbuat lebih banyak yang kondusif untuk mempromosikan kerja sama internasional daripada menciptakan konfrontasi dan gesekan secara artifisial,” katanya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement