Selasa 22 Jun 2021 18:14 WIB

Hamas: Israel tak Berniat Akhiri Krisis di Gaza

Israel tak melakukan apa pun untuk mengubah situasi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Bendera Palestina berkibar di atas gedung-gedung yang rusak berat akibat serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Sabtu, 5 Juni 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza.
Foto: AP/Felipe Dana
Bendera Palestina berkibar di atas gedung-gedung yang rusak berat akibat serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Sabtu, 5 Juni 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pemimpin Hamas di Jalur Gaza Yahya Sinwar mengatakan, Israel tak memiliki niat mengakhiri krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Hal itu disampaikan setelah dia bertemu Utusan PBB untuk Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland.

Sinwar mengungkapkan, pertemuan antara para pemimpin Hamas dan Wennesland sama sekali tidak positif, bahkan cenderung buruk. "Mereka mendengarkan kami dengan penuh perhatian. Akar masalah harus diselesaikan dan sayangnya, tidak ada tanda-tanda ada niat untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza,” kata Sinwar, dikutip laman Fars News Agency.

Baca Juga

Dia pun menyangkal klaim Israel yang menyebut pihaknya mengizinkan ekspor terbatas produk pertanian dari Gaza. Sinwar menyebut Israel tak melakukan apa pun untuk mengubah situasi di wilayah yang diblokade tersebut.

Menurut Sinwar, Israel terus memblokir bantuan internasional serta pengiriman bahan bakar yang sangat dibutuhkan untuk mengoperasikan pembangkit listrik. "Jelas, pendudukan (Israel) terus mempraktikkan kebijakannya terhadap kami dan rakyat kami di Jalur Gaza. Kami mengatakan kepada perwakilan PBB bahwa kami tidak akan menerima masalah ini,” ujarnya.

Sinwar mengatakan, Hamas akan mengadakan pertemuan dengan para pemimpin faksi nasional dan Islam untuk memutuskan langkah selanjutnya. PBB menolak mengomentari pertemuannya dengan para pejabat Hamas.

Akhir pekan lalu, Israel mengumumkan akan mengizinkan ekspor terbatas produk pertanian dari Jalur Gaza. "Ekspor terbatas produk pertanian dari Jalur Gaza akan dimulai Senin (21/6),” kata Cogat, yakni badan militer Israel yang mengelola urusan sipil di wilayah Palestina, dalam sebuah pernyataan pada Ahad (20/6).

Produk-produk pertanian akan diizinkan keluar dari Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom. Cogat mengungkapkan, tindakan sipil tersebut yang telah disetujui eselon politik, bergantung pada pemeliharaan stabilitas keamanan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement