REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kelompok masyarakat sipil melaporkan 877 orang tewas sejak kudeta militer di Myanmar.
Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) mencatat korban bertambah dua orang yang tewas pada Selasa (22/6) dan didokumentasikan kemarin. Hingga 23 Juni, AAPP mencatat 5.088 orang masih ditahan di mana 210 di antaranya dijatuhi hukuman.
AAPP mengungkapkan seorang warga bernama Zayar Linn asal Desa Lalzin Sanpya, Kotapraja Monywa, Sagaing ditangkap dan dipukuli pada Senin malam. Keesokan harinya, Selasa, keluarga diberitahu bahwa Zayar Linn telah meninggal.
“Dia (Zayar Linn) ditemukan dengan luka yang konsisten dengan penyiksaan, satu luka besar di belakang kepalanya dan di seluruh tubuhnya,” kata AAPP dalam keterangannya, Kamis dini hari.
Pada 19 Juni, warga lokal bernama Than Soe Aung terluka, sementara anak perempuannya (1,5) tewas setelah ditabrak dengan mobil yang dikendarai wakil pejabat Departemen Administrasi Umum Kotapraja Kyaingtong, Negara Bagian Shan.
Menurut AAPP, kejadian itu terjadi karena Than Soe Aung yang sedang mengantarkan anaknya yang sakit dengan sepeda motor tidak berhenti setelah disuruh oleh pasukan junta.
Than Soe Aung kemudian ditahan di kantor polisi dan telah didakwa dengan dua tuduhan. Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.