Kamis 01 Jul 2021 05:58 WIB

Mualaf Wahyu, Umroh dan Kisah Mimpi yang Ubah Hidupnya

Mualaf Wahyu tergugah dan mengalami titik balik usai mimpi dan umroh

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Wahyu tergugah dan mengalami titik balik usai mimpi dan umroh. Wahyu
Foto:

Komunitas Garasi Hijrah mendengar kabar tersebut. Para sahabatnya di sana kembali mencarikan donatur agar Wahyu bisa berangkat ke Tanah Suci. Upaya ini kemudian mewujud kenyataan.

Allah merestuinya untuk menjadi tamu- Nya di Baitullah. Dua bulan sejak kegagalannya pergi ke Tanah Suci, yakni pada Februari 2019, Wahyu akhirnya berangkat umrah.

Hingga saat itu, dirinya tidak 100 persen gembira. Ia dihantui mitos bahwa tanah suci menjadi tempat pembalasan dosa-dosa yang dilakukan seorang Muslim.

"Sempat ketakutan mendengar cerita sebelumnya bahwa di Tanah Suci kita merasakan balasan dari perbuatan. Karena, saat kita berbuat dosa, maka sesampainya di tanah suci akan dibalas. Apalagi saya waktu itu merasa banyak melakukan dosa," kenangnya.

Wahyu bersyukur, ketakutan dan kegelisahannya itu ternyata tidak terjadi. Bahkan, Allah menunjukkan kuasa-Nya. Mualaf tersebut mendapatkan rezeki yang tak terduga sejak sebelum keberangkatan.

Ketika di Bandar Udara Soekarno-Hatta, ada seorang hamba Allah yang tidak dikenal memberinya uang dengan mata uang riyal yang jumlahnya sangat banyak. Ketika Wahyu belanjakan di Arab Saudi pun tidak habis dan sampai di Indonesia sisa uang tersebut masih sangat banyak.

Hanya saja, ada beberapa orang Arab yang marah kepada saya, karena tato yang belum hilang seluruhnya. Ia menghina Wahyu dan mengharamkan tindakan Wahyu dengan mentato tubuhnya.

Wahyu hanya tersenyum menanggapi hinaan tersebut, tapi ia tak berhenti menghinanya. Baru setelah pembimbing umrah yang mengerti bahasa Arab menjelaskan bahwa ia baru saja hijrah, orang tersebut meminta maaf dan berdoa untuknya.

Umrah kali itu, diniatkan Wahyu untuk memanjatkan doa segala keinginanya. Salah satunya adalah agar keluarganya bisa mengikuti jejaknya untuk mualaf dan hijrah.

Karena ibunya telah meninggal dunia satu tahun setelah Wahyu bersyahadat, kini harapannya ada pada sang ayah. Wahyu berharap ayahnya dapat membuka hatinya untuk Islam.

Sepulang umroh, Wahyu memutuskan untuk pindah rumah dari kota Jogjakarta ke Bantul, ayahnya pun mengikutinya karena Wahyu merupakan anak tunggal.

Ayahnya perlahan tertarik dengan Islam karena melihat perubahan perilaku Wahyu yang semakin baik. Dahulu menjadi anak nakal kini berubah menjadi anak yang saleh.

Ayahnya kemudian membuka hati dan mengucapkan syahadat tepat 8 Januari 2020 dan belum genap dua bulan menjadi Muslim, Allah memanggilnya Maret 2020.

"Mungkin bapak tertarik Islam karena melihat perilaku saya yang menjadi lebih baik,"jelas dia.

Tak hanya ayahnya, temannya yang mendengar Wahyu kini telah berubah mulai tertarik dan bertanya-tanya. Awalnya teman ini masih berdebat dan membela agama sebelumnya.

Bahkan dia yang juga menjadi teman nakal, selama 15 tahun mengajak Wahyu kembali ke dunia hitam ternyata tak berhasil.Malah terlihat Wahyu semakin khusyuk beribadah, tak lama temannya ini meminta untuk dibimbing bersyahadat.

Sembari berdakwah, Wahyu juga masih perlahan belajar mengaji. Ia bertemu dengan hamba Allah keturunan Arab dan mengetahui ia mualaf.

"Saat itu saya ditunjuk menjadi imam, karena khawatir, saya kemudian bercerita jika saya mualaf dan tidak lancar membaca Alquran,"jelas dia. 

Sejak saat itu, pengusaha keturunan Arab tersebut mengajaknya untuk belajar mengaji di rumah. Sebelum lockdown, ia mengundang ustaz dan membiayai ustaz tersebut untuk mengajarkan Wahyu mengaji. 

 

Wahyu mengaji empat kali dalam sepekan, namun karena pandemi Covid-19 mengaji tatap muka pun dihentikan. Saat ini Wahyu sudah bisa membaca Alquran meskipun belum terlalu lancar.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement