REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para ahli memperkirakan gelombang keempat dari pandemi Covid-19 akan terjadi pada akhir Agustus atau awal September. Perkiraan itu menyusul rata-rata kasus Covid-19 dunia yang kembali naik sejak beberapa bulan terakhir.
Ahli virologi dari Belgia, Steven Van Gucht, mengatakan menilik beberapa pertimbangan, September bisa menjadi awal gelombang baru. Namun demikian, tidak akan ada pelaporan angka penyakit untuk saat ini.
“Orang-orang kembali dari liburan, sekolah buka lagi, dan cuaca semakin buruk. Ini akan diterjemahkan menjadi peningkatan tajam dalam jumlah infeksi, terutama dengan varian delta. Orang yang tidak divaksinasi akan berakhir di rumah sakit dan mungkin meninggal,” ujar dia dikutip Brussels Times, Senin (5/7).
Menurut Van Gucht, vaksin corona memang melindungi terhadap penyakit serius, meskipun, gejala ringan atau sedang pascavaksinasi masih mungkin terjadi. Vaksinasi pascadosis kedua disebutnya memberi perlindungan lebih dari 90 persen.
Menanggapi hal itu, European Medicines Agency menjelaskan orang yang telah divaksin AstraZeneca, Pfizer, Moderna, dan Johnson & Johnson, tidak perlu khawatir berlebihan. Ini mengingat vaksin tersebut telah mendapat persetujuan EMA dan uji klinis yang sesuai.
Kekhawatiran datangnya gelombang keempat Covid-19 semakin nyata di beberapa negara di Eropa. Pasalnya, varian Delta semakin menyebar di Portugal, Spanyol, termasuk Belgia.
“Untuk seluruh Spanyol, kami menghitung 110 infeksi per 100 ribu penduduk selama empat belas hari. Itu dua kali lebih banyak di Belgia, yang memiliki insiden 45,” jelas ahli biostatistik Geert Molenberghs.
Di Portugal kondisi lebih buruk bisa terjadi dengan infeksi sebanyak 165 orang dari 100 ribu populasi. “Kelompok Penilaian Risiko telah menempatkan Portugal setara dengan India, Afrika Selatan, dan Brasil,” kata pakar penyakit menular Erika Vlieghe.