REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintah dapat sepenuhnya mencabut pembatasan, termasuk aturan jarak sosial dan persyaratan masker, pada 19 Juli. Akan tetapi, kasus dan rawat inap sedang meningkat di negara itu.
Johnson mengatakan pemerintah berencana untuk membiarkan orang memutuskan sendiri cara menangani kontak sosial dan tidak memberlakukan kembali pembatasan meskipun pandemi masih jauh dari selesai. "Jika kita tidak dapat membuka kembali masyarakat kita dalam beberapa pekan ke depan, maka kita harus bertanya pada diri sendiri kapan kita akan kembali normal," kata Johnson merujuk kelompok yang merekomendasikan penundaan pembukaan kembali.
Perdana menteri Inggris mengatakan vaksin telah membantu mengurangi kematian dan penyakit tetapi belum menghilangkan Covid-19. Padahal pejabat Inggris menyebut satu dari 210 orang sekarang terinfeksi Covid-19 dan negara itu menghadapi peningkatan infeksi.
Kepala penasihat ilmiah Inggris, Sir Patrick Vallance, mengatakan kematian meningkat pada tingkat yang rendah dan akan terus meningkat. Dikutip dari Euronews, Inggris mencatat 27.334 infeksi pada 5 Juli dan 358 orang dirawat di rumah sakit karena penyebaran varian Delta yang lebih menular.
Kondisi ini tetap terjadi meskipun tingkat vaksinasi tinggi dalam populasi. Sekitar 86 persen dari populasi orang dewasa telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19 dan 64 persen telah menerima dua dosis.