REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama (Dirut) Bio Farma, Honesti Basyir, menanggapi usulan vaksinasi dosis ketiga di Indonesia. Ia mengakui ada pembicaraan terkait hal itu dengan pemerintah dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Terkait vaksin yang booster yang ketiga memang kita sudah mulai pembicaraan dengan pemerintah dan juga dengan pihak terkait Badan POM dan juga dengan dengan beberapa organisasi profesi," kata Honesti dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR, Rabu (7/7)

Namun, Honesti mengatakan, pemerintah saat ini sedang fokus mempercepat pelaksanaan vaksinasi pertama dan kedua. Sebab, pelaksanaan vaksinasi satu dan dua masih belum mencapai target yang diinginkan. 

"Ya boro-boro kita ngomong vaksin ketiga, satu duanya juga masih belum," ungkapnya.

Kendati demikian, Honesti memastikan bahwa rencana untuk melakukan vaksinasi ketiga masih terus dibicarakan. Menurutnya, vaksinasi diperlukan minimal untuk tenaga kesehatan.

"Tapi paralel kita sudah mulai diskusikan Pak Andre. minimal nanti untuk proteksi terhadap nakes dulu lah. Tapi tentu hasilnya nanti akan terkait nanti juga akan bisa disampaikan oleh otoritas yang bersangkutan pada saatnya itu sudah diputuskan," tuturnya.

Sebelumnya dalam rapat tersebut Anggota Komisi VI DPR, Andre Rosiade menyoroti soal ada tidaknya vaksin dosis ketiga di Indonesia. Sebab menurutnya di sejumlah negara sudah ada yang melakukan suntikan dosis ketiga.

"Sekarang kita lihat di berbagai negara salah satunya Turki itu sudah mulai suntik yang ketiga, suntik vaksin yang ketiga bagi Sinovac. Nah pertanyaan saya ini kebijakan pemerintah Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Bio Farma seperti apa? Apakah di Indonesia nanti akan ada suntik ketiga atau tidak? atau mungkin saja nanti ada suntik keempat?" kata Andre.