Rabu 07 Jul 2021 21:28 WIB

Pemerintah Minta Warga Kurangi Mobilitas

Salah satu titik lemah adalah ketika makan di luar rumah.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.
Foto: DOk BNPB
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi meminta masyarakat untuk mengurangi mobilitasnya agar anak tidak terpapar Covid-19. Salah satu fase lemah, kata ia, adalah saat pertemuan keluarga.

"Titik lengah masyarakat atau keluarga itu antara lain saat makan bersama di rumah makan dan pertemuan keluarga, di fase-fase ini anak-anak rawan sekali terpapar Covid-19," katanya dalam webinar bertajuk "Upaya Menyelamatkan Anak Indonesia dalam Pandemi" di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Ia juga meminta agar sosialisasi mengenai protokol kesehatan dalam kegiatan sehari-hari dan melakukan vaksinasi Covid-19 terhadap anak merupakan hal penting. Saat ini, lanjut dia, pemerintah sudah memulai vaksinasi terhadap remaja atau anak usia 12 - 17 tahun.

Sementara anak di bawah usia 12 tahun belum dapat diberikan vaksinasi Covid-19."Usia 12 - 17 sudah divaksin sekitar 56.500 ribu. Tidak di bawah 12 tahun karena data yang tersedia tidak memadai, dan belum bisa menyatakan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) kalau dilakukan vaksin," katanya.

Ia menyampaikan bahwa vaksin yang digunakan pada anak usia 12 - 17 tahun itu menggunakan Sinovac."Benchmark vaksinasi pada anak-anak memang sebagian besar menggunakan vaksin Pfizer, untuk Sinovac dan Sinopharm sebagian besar dilakukan oleh negara-negara di Asia, Uni Emirat Arab menggunakan Sinopharm," katanya.

Ia menambahkan bahwa BPOM juga sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk penggunaan vaksin Sinovac. Untuk pelaksanaannya, lanjut dia, vaksinasi anak di Indonesia bekerja sama dengan BKKBN dan pihak sekolah agar memudahkan pendataan dan monitoring.

"Kita tahu bahwa vaksin untuk membentuk sistem imun yang sifatnya adaptif, kalau tertular virus sistem tersebut akan bisa siap sedia bekerja lebih cepat untuk menetralisir virus sehingga gejala dan penularan berkurang," katanya.

Kendati demikian, ia mengingatkan, di masa pandemi ini protokol kesehatan harus tetap dijalankan, diperketat, dan tidak boleh kendor walaupun sudah divaksin.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement