REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kongres ilmiah dan media Belgia melaporkan seorang perempuan 90 tahun yang meninggal dunia karena Covid-19 bulan Maret lalu terinfeksi dua varian di waktu yang sama. Diyakini ini menjadi kasus pertama dua varian Covid-19 menginfeksi di waktu bersamaan.
Dilansir reuters, Senin (12/7), Kongres Mikrobiologi Klinik dan Penyakit Menular Eropa (ECCMID) membahas kasus ini tahun ini. Dalam pernyataannya perkumpulan ilmuwan yang menggelar kongres tersebut kasus ini menunjukkan kemungkinan seseorang dapat terinfeksi Covid-19 secara bersamaan.
Perkumpulan tersebut mengatakan perempuan tersebut sakit oleh tipe virus korona Alpha dan Beta yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan Afrika Selatan. Dokternya mengatakan perempuan itu tertular dari dua orang yang berbeda.
Stasiun televisi Belgia, VRT melaporkan perempuan yang dirawat di rumah sakit di Aalst dekat Brussels itu belum divaksin. Seperti sebagian besar negara Uni Eropa lainnya program vaksinasi Belgia dimulai pada awal tahun 2021.
VRT menambahkan program vaksin Belgia pun berjalan lambat. Meski pasokan dosis vaksin yang sudah dikirimkan Uni Eropa yang mencakup 70 persen populasi negara tersebut.
Mengutip hasil kongres yang digelar 9 hingga 12 Juli, perkumpulan ilmuwan mengatakan para dokter yakin ini kasus pertama sejenis yang berhasil di dokumentasikan. Walaupun jarang tapi infeksi ganda dapat terjadi.
"Kedua varian menyebar di Belgia (sekitar bulan Maret)," kata biolog molekuler rumah sakit OLV di Aalst, Anne Vankeerberghen pada situs VRT, Ahad (11/7).
"Oleh karena itu mungkin perempuan ini terinfeksi oleh dua orang dengan dua varian virus yang berbeda, sayangnya kami tidak tahu bagaimana infeksi terjadi," tambahnya.
Komisi Eropa memperingatkan virus korona varian Delta yang sangat menular sudah dominan di Eropa pada musim panas tahun ini. Mereka mengutip perkiraan dari badan pencegahan penyakit Uni Eropa.