REPUBLIKA.CO.ID, — Berdzikir bisa dilakukan kapan pun. Meski begitu ada waktu-waktu yang sangat baik untuk berdzikir.
Rasulullah SAW pernah menjelaskan di antara waktu terbaik berdzikir dalam wasiatnya kepada Ali bin Abi Thalib sebagaimana dapat ditemukan dalam kitab Washiyat Al-Musthafa yang disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi'i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syarani.
Dalam salah satu pesannya, Rasulullah mengatakan bahwa orang yang berdzikir sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya matahari maka Allah pun malu (sungkan) untuk mengazabnya. Dalam arti lain orang tersebut akan terhindar dari azab api neraka.
يَا عَلِيُّ، مَنْ ذَكَرَ اللهَ قَبْلَ الْفَجْرِ وَقَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا اِسْتَحْيَ اللهُ أَنْ يُعَذِّبَهُ بِالنَّارِ “Wahai Ali, barang siapa berdzikir kepada Allah sebelum waktu fajar (subuh) dan sebelum terbitnya matahari (setelah Subuh) dan sebelum terbenamnya matahari (sebelum maghrib) maka malu (sungkan) Allah untuk menyiksanya dengan api neraka.”
Selain itu orang yang berdzikir setelah sholat subuh hingga matahari terbit juga akan memperoleh pahala besar seperti pahala haji dan umroh. Sebab itu Rasulullah mewasiatkan kepada Ali untuk tetap berdiam diri dalam rangka berdzikir setelah sholat.
يَا عَلِيُّ، إِذَا صَلَّيْتَ فَاقْعُدْ مَكَانَكَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِنَّ اللهَ يَكْتُبُ لِمَنْ يَجْلِسُ مَكَانَهُ حُجَّةً وَعُمْرَةً أَوْ عِتْقَ رَقَبَةٍ أَوْ صَدَقَةَ أَلْفِ دِيْنَارٍ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
“Wahai Ali, jika engkau telah sholat maka duduklah di tempatmu (berdzikir) sampai terbitnya matahari. Maka sesungguhnya Allah mencatat pahala bagi orang-orang yang tetap duduk di tempatnya seperti pahala melaksanakan haji dan umroh, atau pahala memerdekakan budak, atau pahala sedekah seribu dinar di jalan Allah.”
Ikuti Whatsapp Channel Republika